Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan uang rupiah baru tahun emisi 2016, terdiri dari tujuh pecahan uang rupiah kertas dan empat pecahan uang rupiah logam dengan gambar pahlawan. Apakah penerbitan uang rupiah baru ini akan mempengaruhi pergerakan rupiah maupun perekonomian Indonesia?
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, Rully Arya Wisnubroto memperkirakan, kebijakan BI dan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan, meluncurkan uang seri teranyar dengan gambar-gambar pahlawan tidak akan berpengaruh terhadap laju kurs rupiah.
"Saya rasa tidak akan berpengaruh terhadap rupiah," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (19/12/2016).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Rully, penerbitan uang rupiah baru biasa dilakukan otoritas moneter, yakni BI secara berkala. "Pada dasarnya jumlah uang beredar tidak berubah," tegas Rully.
Dia menyarankan agar BI dan pemerintah tetap menjaga stabilitas makro ekonomi Indonesia, baik dari sisi pertumbuhan ekonomi, inflasi, maupun defisit transaksi berjalan, defisit fiskal, dan neraca pembayaran. Fundamental inilah yang dapat mempengaruhi nilai mata uang rupiah dan ekonomi domestik.
"Paling penting menjaga stabilitas ekonomi makro domestik, inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan lainnya," kata Rully.
Dihubungi terpisah, anggota Komite Ekonomi dan Industri (KEIN) sekaligus Pendiri GarudaFood, Sudhamek AWS menilai, kebijakan meluncurkan uang rupiah baru sangat positif untuk membantu likuiditas perbankan saat ini.
"Sekarang ini likuiditas sedang seret yang disebabkan karena dana hasil tax amnesty masih dalam sektor perbankan, belum disalurkan kembali ke sektor riil," jelas Sudhamek.
"Kebijakan ini positif untuk membantu peredaran uang dengan catatan secara keseluruhan uang lama tidak ditarik," ia menambahkan.
Sementara imbas penerbitan uang rupiah baru ke sektor riil, diucapkan Sudhamek, baru akan terasa apabila perbankan dapat menyalurkan kredit-kredit baru dari likuiditas tersebut.
"Sektor riil akan terpengaruh dengan catatan bank menyalurkan kredit baru," tandas Sudhamek. (Fik/Gdn)