Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan komitmen pemerintah untuk tetap mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT). Namun pemerintah menginginkan agar energi terbarukan tersebut memiliki harga yang murah.
Jonan mengatakan, ‎pemerintah mendorong pengembangan EBT, untuk mencapai target porsi bauran energi sebesar 25 persen pada 2025. Ini bertujuan meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi emisi karbon.
"‎Apakah pemerintah masih berkomitmen mendorong bauran energi, jawabannya iya," kata dia di kawasan Kuningan Jakarta, Rabu (21/12/2016).
Namun, menurut Jonan, meski berkomitmen untuk mengembangkan EBT, pemerintah masih mencari perhitungan terkait penetapan harga listrik dari EBT, sehingga tidak sembarangan.
Baca Juga
Advertisement
"Amerika komitmennya sudah berkurang (dalam menggunakan EBT) kita jawabannya iya (masih berkomitmen). Ada target 25 persen, tapi ini diterapkan tidak membabi buta," ungkap Jonan.
Dia melanjutkan, saat ini pemerintah ingin harga jual listrik dari [EBT ]( 2679008 "")murah, agar bisa terjangkau dan bisa berkompetisi dengan energi fosil.
"Persoalannya daya beli masyarakat harus terjangkau. Pemerintah selalu dengan list cost," dia menyebutkan.
Jonan mengaku, saat menghadiri sidang negara eksportir minyak‎ (OPEC) di Wina Austria beberapa minggu lalu, dirinya berbicara dengan Menteri Energi Uni Emirat Arab.
Dari perbincangan tersebut, Jonan menuturkan, ternyata Uni Emirat Arab memiliki lifting minyak 3 juta barel. Sementara konsumsinya hanya 5 persen atau 150 ribu barel.
Namun tetap negara ini mengunakan EBT yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 150 MW dengan tarif US$ 2,29 sen per Kilo Watt hour (kWh) dan 200 MW dengan tarif US$ 2,24 sen per kWh.
Hal tersebut membuat Jonan kaget, karena jika dibandingkan di Indonesia, tarifnya masih jauh lebih tinggi yaitu US$ 14 sen per kWh sampai US$ 25 sen per kWh. Karena itu, dia ingin harga EBT Indonesia bisa murah seperti di Uni Emirat Arab.
‎"Saya kaget kenapa harganya bisa murah, apa matahari di sana berbeda?," tutup Jonan. (Pew/Nrm)