Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini. Dolar AS memang terus menguat dalam beberapa hari terakhir.
Mengutip Bloomberg, Rabu (21/12/2016), rupiah dibuka di angka 13.440 per dolar AS. Angka pembukaan tersebut melemah jika dibanding dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 13.438 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.440 hingga 13.485 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,43 persen.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.473 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.393 per dolar AS.
Dalam dua hari kemarin, dolar AS memang terus menguat. Pada Senin kemarin, Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen memberikan sinyal bahwa The Fed masih dalam koridor untuk menaikkan suku bunga pada tahun depan.
Menurut hitungan The Fed, jika inflasi dan angka pengangguran sesuai dengan target awal maka kenaikan suku bunga akan naik sebanyak tiga kali.
"Adanya serangan teroris di dua tempat membuat penguatan dolar AS tertahan dan orang sedang melihat apa yang akan terjadi," kata analis Bank of New Zealand, Jason Wong.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa kemarin walaupun aliran keluar dana asing sedikit mereda. "Semenjak awal Desember, sekitar US$ 417 juta keluar dari pasar saham Indonesia," jelas dia.
Prospek rupiah dalam jangka pendek masih akan tertekan oleh situasi global, tetapi konsistensi kenaikan harga komoditas bisa menjaga tren penguatannya. (Gdn/Ndw)