Liputan6.com, New York - Laporan persediaan minyak melebihi dari yang diharapkan mendorong harga minyak dunia merosot. The US Energy Information Administration melaporkan pasokan minyak domestik naik 2,26 juta barel pada pekan yang berakhir 16 Desember. Sebelumnya berdasarkan survei pasokan minyak diharapkan turun menjadi 2,3 juta barel.
Kenaikan pasokan minyak yang tak terduga dan adanya konflik mendorong harga minyak dunia cenderung tertekan. Di New York Mercantile Exchange, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada Februari turun 81 sen atau 1,5 persen menjadi US$ 52,49 per barel.
Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman Februari di London's ICE Futures merosot 89 sen atau 1,6 persen menjadi US$ 54,46 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Sebelummya the American Petroleum Institute melaporkan pasokan minyak AS turun menjadi 4,1 juta barel hingga pekan yang berakhir 16 Desember. Sedangkan bensin merosot 2 juta barel.
Laporan EIA dan API merupakan laporan mewakili produsen sering kali menampilkan perbedaan pasokan data besar secara mingguan. Hal ini juga mempengaruhi pergerakan harga minyak.
"Laporan EIA ini menyediakan sejumlah "angin" untuk reli harga minyak mingguan dengan naik 2,3j juta barel secara mingguan. Ini berlawanan dengan harapan pasar. Sedangkan API laporkan pasokan 4 juta barel ini seimbang," tutur Analis ClipperData Troy Vincent seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (22/12/2016).
Selain data pasokan minyak, aktivitas perdagangan mulai sepi jelang libur akhir tahun juga mempengaruhi pasar. Ke depan, investor akan memperhatikan data minyak China pada akhir November. Sebelumnya China melaporkan kenaikan impor minyak sebesar 18 persen.