Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) memperpanjang kenaikannya pada perdagangan pasca-Natal ini. Kenaikan harga minyak terpicu negara OPEC dan non-OPEC yang mulai merealisasikan untuk membatasi output dalam waktu kurang dari sepekan untuk mendorong harga minyak.
Melansir laman Reuters, Selasa (27/12/2016), harga minyak mentah untuk pengiriman Februari naik 16 sen menjadi US$ 53,18 per barel, setelah ditutup naik 7 sen atau menuju posisi tertinggi dalam 17 bulan pada Jumat pekan lalu.
Sementara harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari belum ada perubahan seiring penutupan perdagangan, setelah menetap naik 11 sen menjadi US$ 55,16 per barel pada Jumat. Perdagangan ditutup terkait liburan Natal.
Baca Juga
Harga minyak terus mendapatkan dorongan dalam beberapa minggu terakhir seusai Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan anggota non-OPEC bersepakat untuk memberikan output yang lebih rendah sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari.
Di sisi lain, produksi minyak Libya naik sedikit menjadi 622 ribu barel per hari (bph) pada Senin, usai faksi bersenjata sepakat untuk mengangkat blokade pipa yang berlangsung selama dua tahun. Ini dikatakan bisa menambah pasokan 270 ribu barel per hari dalam waktu tiga bulan.
Sementara Departemen Energi AS mengharapkan untuk memulai penjualan sekitar 8 juta barel minyak mentah dari cadangan minyak darurat negara pada awal sampai pertengahan Januari.
Advertisement
Sedangkan Wakil Menteri Energi Rusia Kirill Molodtsov mengatakan, ekspor minyak Rusia akan naik hampir 5 persen tahun ini menjadi 253,5 juta ton dan sedikit diharapkan naik pada tahun depan.
Di sisi lain, stok minyak mentah Cina pada akhir November turun 1,55 persen dari bulan sebelumnya ke posisi 29,89 juta ton seiring penyusutan output domestik dan kenaikan permintaan di musim dingin, menurut data kantor berita resmi Xinhua.