Sukses

Harga Cabai Melambung, Ini Penjelasan Kementan

Kenaikan harga cabai yang terjadi di pasar bukan karena kurangnya pasokan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga cabai di pasar tradisional di ibu kota melambung tinggi.‎ Pada awal pekan ini, harga komoditas pangan tersebut bahkan menembus angka Rp 90 ribu per kg.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Sputnik Sujono Kamino mengatakan, kenaikan harga yang terjadi di pasar bukan disebabkan oleh kurangnya pasokan. Kenaikan ini terjadi karena pedagang yang menjual dengan harga yang tinggi.

"Sekarang kalau mereka beli Rp 22 ribu, kemudian jual Rp 50 ribu, ada yang larang tidak? Tidak ada yang larang. Cuma itu wajar tidak?" ujar dia di Kantor Ditjen Hortikultura, Jakarta, Rabu (28/12/2016).

Para pedagang ini ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar di akhir tahun. Sebab menurut pengakuan pedagang, keuntungan hanya bisa didapatkan dari ‎cabai dan bawang merah. Sedangkan jenis sayuran lain memberikan untung sangat kecil.

"Mereka bilang, Pak sekali-sekali kita terima untung, tidak tiap bulan dapat untung. Yang kita dapat untung cuma dari bawang dan cabai, kalau dari sayuran lain kecil. Itu ungkapan naluri pedagang," kata dia.

Meski harga tinggi, lanjut Sputnik, yang lebih penting yaitu ketersediaan cabai ke pasar-pasar tradional tetap terjaga. Dengan demikian masyarakat mempunyai pilihan untuk membeli atau tidak membeli cabai saat harga tinggi. "Itu tolong dipahami, yang penting barangnya ada," tandas dia.‎

Sebelumnya pada 27 Desember 2016, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui tengah terjadi lonjakan harga cabai untuk sejumlah daerah. Lonjakan harga ini tidak hanya terjadi di Jabodetabek, tetapi di daerah lain.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, ‎sejumlah daerah yang mengalami lonjakan harga cabai adalah Surabaya dan Semarang.  "Jadi ternyata Semarang dan Surabaya tinggi," ujar dia saat dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (27/12/2016).

Oke mengungkapkan, tingginya harga cabai di wilayah-wilayah tersebut lantaran tidak adanya koordinasi antara daerah yang tengah panen dengan daerah yang kekurangan pasokan. Selain itu, hujan di sejumlah daerah juga membuat distribusi dan proses panen terganggu.

"Masalahnya daerah yang membutuhkan dengan sentra produksinya tidak klop, agak jauh atau bagaimana sehingga distribusi terhambat. Kemudian hujan. Ada sentra produksi yang harusnya panen enggak dipanen," kata dia.

Meski demikian, Oke membantah jika stok cabai di tingkat petani terbatas. Menurut dia, stok tersebut masih mencukupi, meski perlu distribusi yang lebih baik. "Sekarang stok cabai enggak masalah," tandas dia. (Dny/Gdn)

Â