Sukses

Daya Beli Turun, Inflasi Rendah di Penghujung 2016

Inflasi diperkirakan sekitar 0,4 persen-0,5 persen pada Desember 2016 sehingga total mencapai 3 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 0,4 persen-0,5 persen untuk Desember 2016 dan secara keseluruhan menyentuh 3 persen di 2016. Proyeksi tersebut lebih rendah dibanding realisasi pada periode yang sama 2015 masing-masing sebesar 0,96 persen dan 3,35 persen.

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto memprediksi inflasi khusus di Desember 2016 sekitar 0,5 persen atau lebih tinggi dari proyeksi pemerintah sebesar 0,3 persen.

"Dugaan saya inflasi Desember tahun lalu bisa mencapai 0,5 persen, jadi tidak mungkin seperti yang diperkirakan pemerintah 0,3 persen. Karena di Desember 2015 saja 0,96 persen karena ada momen Natal dan Tahun Baru," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (3/1/2017).

Eko menuturkan, rendahnya perkiraan inflasi di Desember 2016 dibandingkan periode yang sama 2015 karena terjadi penurunan daya beli masyarakat di kuartal IV 2016. Daya beli yang merosot, sambungnya, dipengaruhi karena perlambatan ekonomi nasional sebagai imbas dari pelemahan ekonomi dunia.

"Akibat daya dorong pertumbuhan ekonomi kurang, daya beli masyarakat jadi rendah. Tapi tetap ada inflasi karena momen libur panjang Natal dan Tahun Baru yang digunakan untuk rekreasi dan belanja. Ditambah lagi kenaikan angkutan bus telolet sampai 30 persen untuk mudik," jelas Eko.

Dengan demikian, Eko meramalkan inflasi pada Januari-Desember 2016 atau sepanjang tahun lalu mencapai 3 persen. Perkiraan tersebut masih dalam proyeksi pemerintah berkisar 3 persen-3,1 persen di akhir 2016. "Inflasi tahunan diperkirakan sekitar 3 persen," ucap dia.     

Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC), Eric Sugandi meramalkan angka yang sama untuk inflasi di 2016 sekitar 3 persen. Sementara khusus di Desember, inflasi yang diproyeksikannya sekitar 0,4 persen.

"Prediksi inflasi di Desember 2016 sekitar 0,4 persen dan 3 persen secara tahunan," ujar Eric

Faktor utama pendorong inflasi di bulan kedua belas ini, katanya, karena kenaikan harga-harga bahan pangan akibat permintaan musiman yang meningkat pada masa Natal dan jelang Tahun Baru.

"Selain kenaikan harga bahan pangan, inflasi Desember juga dipengaruhi tekanan inflasi dari sektor transportasi karena musim liburan," tutur dia.

Eric menilai, inflasi Desember 2016 yang masih rendah dibanding periode sama 2015 karena di Desember 2015 ada tekanan inflasi dari penyesuaian tarif dasar listrik (administered price) untuk 5 golongan rumah tangga, serta dari pelemahan kurs rupiah.

"Sedangkan Desember 2016, rupiah berada pada posisi yang lebih kuat dibanding 2015, dan tekanan inflasi dari kenaikan harga yang diatur pemerintah tidak sebesar di Desember 2015. Jadi inflasinya di Desember ini lebih rendah," dia menerangkan.  

Sementara itu, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, jelang Natal dan Tahun Baru terjadi kenaikan permintaan terhadap beberapa komoditas pangan memicu peningkatan harga daging sapi (0,3 persen MoM), daging ayam (4,2 persen), telur ayam (6 persen), dan beras (0,2 persen).

"Inflasi Desember 2016 diperkirakan 0,45 persen dan 3,05 persen secara tahunan. Inflasi Desember lebih rendah dari rata-rata inflasi di periode yang sama dalam beberapa tahun karena curah hujan lebih rendah intensitasnya sehingga harga bawang merah dan cabai merah tidak naik signifikan," kata dia.

Lebih jauh Josua menjelaskan, proyeksi inflasi 2016 dipengaruhi‎ rendahnya inflasi inti akibat belum kuatnya permintaan domestik, terkendalinya ekspektasi inflasi, lemahnya tekanan eksternal (penguatan rupiah dan lambatnya harga komoditas global), serta deflasi harga diatur pemerintah yang didorong rendahnya inflasi energi (stabilitas harga BBM dan tenaga listrik).

"Inflasi inti di luar harga diatur pemerintah dan harga bergejolak diperkirakan masih lemah sekitar 3,08 persen Yoy dari bulan sebelumnya 3,07 persen Yoy karena inflasi dari sisi permintaan masih lemah pada akhir tahun lalu," tutur Joshua.

Video Terkini