Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, selama 32 tahun terhitung mulai 1984 hingga 2015, pembangunan pertanian Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Namun sepanjang 2016 Indonesia mampu meningkatkan produksi pangan strategis sehingga volume impor turun bahkan tidak ada impor untuk padi, cabai dan bawang merah.
Amran mengatakan, selama 2 tahun terakhir pemerintah telah melakukan penyempurnaan regulasi di bidang pertanian mencakup semua aspek. Pertama, merevisi Perpres 172/2014 tentang tender penyediaan benih dan pupuk menjadi penunjukkan langsung atau e-katalog sehingga turun tepat waktu menjelang masa tanam.
Baca Juga
“Kedua, refocusing anggaran 2015 hingga 2017 sebesar Rp 12,2 triliun dari perjalanan dinas, rapat, rehab gedung direvisi menjadi rehab irigasi, alat mesin pertanian, cetak sawah dan lainnya untuk petani,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Advertisement
Ketiga, lanjut Amran, bantuan benih yang disalurkan ke petani tidak di lahan existing, sehingga bantuan berdampak pada luas tambah tanam. Keempat, pengawalan program Upaya Khusus (Upsus) dan evaluasi harian.
“Kelima, kebijakan kementerian pertanian fokus juga pada pengendalian impor dan mendorong ekspor dan deregulasi perijinan dan investasi serta penyaluran asuransi usaha pertanian,” pintanya.
Selain itu, pemerintah juga melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan produksi pertanian antara lain, perbaikan irigasi sebanyak 3,05 Juta ha mampu dikerjakan dalam waktu 1,5 tahun dari target 3 tahun, penyediaan alsiantan 180 ribu unit (naik 2.000 persen), asuransi pertanian 674.650 ha (naik 100 ersen), dan pembangunan embung, longstorage dan dam-parit mencapai 3.771 unit serta pengembangan benih unggul 2 juta ha.
“Kemudian, Kementan telah membangun lumbung pangan perbatasan, integrasi jagung-sawit 233 ribu ha, peningkatan indeks pertanaman, pengembangan lahan rawa lebak dan sapi indukan wajib bunting,” tegasnya.
Selanjutnya, implementasi program Kementan juga membangun Toko Tani Indonesia sebanyak 1.218 unit atau naik 100 persen. Tentang implementasi lelang jabatan, Kementan telah melalukan demosi dan mutasi sebanyak 599 jabatan, serta promosi 238 jabatan.
“Harus dicatat, semua implementasi program ini tidak pernah dilakukan sebelumnya, sehingga ini terobosan baru yang menjadi pembeda dibandingkan program sebelumnya,” kata Amran.
Amran juga mengungkapkan capaian yang diperoleh dari implementasi kebijakan di atas, Indonesia mampu melewati ancaman peristiwa El Nino 2015 dan La Nina 2016. Keberhasilan beradaptasi terhadap kedua peristiwa tersebut, di 2016 tidak ada paceklik sehingga produksi pangan meningkat, impor pangan menurun bahkan tidak ada impor.
Amran menyebutkan produksi padi selama dua tahun yaitu 2015 hingga 2016 naik 11 persen, jagung naik 21,8 persen, cabai naik 2,3 persen, dan bawang merah naik 11,3 persen. Peningkatan produksi komoditas unggulan peternakan, daging sapi naik 5,31 persen, telur ayam naik 13,6 persen, daging ayam naik 9,4 persen, dan daging kambing naik 2,47 persen.
“Begitu pun produksi komoditas perkebunan, tebu naik 14,42 persen, kopi naik 2,47 persen, karet 0,14 persen dan kakao naik 13,6 persen,” sebut dia.
Terkait kinerja ekspor impor selama dua tahun kerja, lanjut dia, tidak ada impor beras, ekspor beras naik 43,7 persen, impor jagung turun 66,6 persen dan impor bawang merah turun 93 persen.
Lebih lanjut, Amran memaparkan capaian lainnya selama dua tahu kerja yakni terjadi peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini terlihat dari penurunan kemiskinan di desa sebesar 0,01 persen, peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 101,7 dan peningkatan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 109,8.
Selanjutnya, peta jalan menuju lumbung pangan dunia, di 2017 ditargetkan swasembada jagung, 2019 ditargetkan swasembada kedelai dan gula, 2025 ditargetkan swasembada gula industri, 2026 ditargetkan swasembada daging sapi, dan 2033 ditargetkan swasembada bawang putih sehingga di 2045 Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.