Sukses

Pedagang: Harga Cabai Susah Turun

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Imlek, dan seterusnya hingga memasuki puasa serta Lebaran akan mempengaruhi pergerakan harga cabai.

Liputan6.com, Jakarta - Pedagang sayur mayur pesimistis harga cabai bisa kembali turun dalam waktu singkat. Pasalnya momen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Imlek, dan seterusnya hingga memasuki puasa serta Lebaran akan mempengaruhi pergerakan harga bahan pangan, terutama cabai.

"Ini sebentar lagi Pilkada, terus ada Imlek, lalu masuk puasa dan lebaran lagi, makin susah harga cabai turun. Momen-momen ini bisa nyenggol harga," jelas salah seorang pedagang sayur di Pasar Grogol, Jakarta Barat, Sri Suwanti (65)  saat berbincang dengan Liputan6.com di Pasar Grogol, Jakarta, Jumat ini (6/1/2017).

Sri memperkirakan, harga segala jenis cabai bakal terus menanjak. Namun dia berharap tidak sampai cabai menembus harga Rp 200 ribu per kilogram (kg). "Kesempatan buat harga cabai turun susah. Ini trennya naik terus, tapi tidak tahu juga sih kalau cuaca mulai bersahabat, petani bisa panen. Mudah-mudahan tidak sampai Rp 200 ribu per kg," harapnya.

‎Dia mengaku, jika stok cabai sudah benar-benar kosong, biasanya mulai datang cabai dari Manado. Bentuknya kecil mungil, panjang, tapi rasanya lebih pedas. Sambal hasil dari cabai Manado juga kental.

"Cabai Manado lebih murah sih, biasanya kalau datang ke Jakarta naik pesawat. Kalau naik truk kan kelamaan bisa berhari-hari dan risikonya busuk" terangnya.

Sri meminta pemerintah memperhatikan nasib petani. "Berilah bantuan dan pengarahan kepada petani supaya bergairah nanam cabai. Bantuan modal kek, apa kek. Ini bisa jadi solusi, ketimbang misalnya impor karena rasa cabai impor kurang disukai masyarakat, katanya pahit," sarannya.

Sebelumnya, Ketua Umum ‎Ikatan Pedagang Pasar Tradisional, Abdullah Mansuri, mengatakan, ‎saat ini rata-rata harga cabai secara nasional Rp 100 ribu per kg. Jika tidak ada penanganan dari pemerintah, dia memperkirakan harga tersebut bisa menembus Rp 200 ribu, atau sama seperti harga di Samarinda saat ini.

"Sangat‎ (berpotensi terus naik). Kalau secara nasional sekarang Rp 100 ribu, kalau pemerintah diam saja ya bisa Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (6/1/2017).

Mansuri menyatakan, salah satu faktor pemicu kenaikan harga cabai ini karena tidak seimbangnya pasokan dan permintaan. Saat ini pasokan tengah menurun akibat curah hujan tinggi di sejumlah sentra produksi cabai.

"Yang pasti harga ini akan terus bergerak naik karena supply dan demand tidak seimbang. Banyak gagal panen, banyak banjir di wilayah penghasil, curah hujan tinggi sehingga produksi berkurang," kata dia.

Terlebih lagi, ucap Mansuri, rawit merah merupakan salah ‎jenis cabai yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dengan demikian, jika permintaan semakin tinggi, harganya akan terus terkerek naik. ‎"Konsumsi tertinggi itu sebenarnya ada di cabai rawit, dan cabai keriting. Tapi cabai rawit itu favorit," tandas dia. (Fik/Gdn)