Sukses

Proyek LRT Palembang Telan Rp 4 Triliun, Waskita Tagih Pemerintah

Waskita Karya terus mengebut pembangunan kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) Palembang.

Liputan6.com, Jakarta - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) terus mengebut pembangunan kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) Palembang, rute Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II-Kompleks Olahraga Jakabaring untuk penyelenggaraan Asian Games 2018. Saat ini, kemajuan ‎LRT Palembang mencapai 35 persen dan sudah menghabiskan dana Rp 4 triliun.

"Pembangunan LRT Palembang sudah 35 persen dan sudah menyerap anggaran Rp 4 triliun," kata Direktur Utama Waskita Karya, M. Choliq saat ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Minggu (8/1/2017).

Lebih jauh dia mengaku, anggaran yang telah dihabiskan perusahaan untuk pembangunan LRT Palembang sama sekali belum dibayar pemerintah. ‎Pemerintah dan Waskita akan mulai melakukan pembahasan mencari solusinya.

"Belum dibayar pemerintah. Ini akan dibicarakan Rabu minggu depan di Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), bagaimana, kapan, dan siapa yang akan membayar. Makin cepat dibayar, makin baik," tegas Choliq.

Sejauh ini, menurut Choliq, Waskita tidak terbebani dengan penugasan tersebut meskipun harus mengorbankan anggaran perusahaan tanpa bantuan pemerintah. Neraca keuangan Waskita, katanya, masih dalam keadaan sehat.

"Tidak ada problem kok, tidak berat, masih bisa dicari. Kan Waskita milik negara dan yang nyuruh juga negara," terangnya.

Terbitkan Obligasi

Lebih jauh sambung dia, perusahaan akan menerbitkan surat utang (obligasi) senilai Rp 2,1 triliun pada Januari ini. Sebagian dari dana segar hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk kebutuhan pembangunan LRT Palembang yang ditaksir menyedot Rp 500 miliar per bulan, sehingga total pendanaan yang diperlukan mencapai Rp 6 triliun sepanjang 2017.

"Mudah-mudahan bulan ini dokumen untuk penerbitan obligasi Rp 2,1 triliun sudah masuk ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)‎. Hasilnya untuk semua proyek kami, LRT, tol, dan lainnya. Kalau LRT Palembang butuh Rp 500 miliar per bulan," paparnya.

Untuk menutup kekurangan kebutuhan anggaran sebesar Rp 3,9 triliun, Choliq menambahkan akan kembali menerbitkan surat utang di bulan-bulan berikutnya tahun ini.

"Bisa obligasi lagi. Utang kita leverage-nya masih di bawah 1 kali kok, utang Rp 11-12 triliun, ekuitas Rp 17 triliun, jadi batas toleransi utang bisa 2,2 kali‎," jelas Choliq.

Pembangunan LRT Palembang, ditegaskannya, harus dipercepat karena target selesai di 2018. "Pokoknya Asian Games‎ 2018 harus sudah jadi, tidak bisa ditawar," tandas Choliq.