Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim menyesalkan banyak proyek-proyek pemerintah yang mandek. Hal ini mempengaruhi kinerja kredit perusahaan.
Direktur Utama Bank Jatim ‎R Soeroso mengaku angka rasio kredit bermasalah (NPL) gross Bank Jatim selama 2016 tercatat meningkat‎ menjadi 4,77 persen dari tahun 2015 sebesar 4,29 persen.
"NPL tinggi saya pikir semua tahu, kredit kami di korporasi terutama kontraktor banyak mendapatkan proyek dari pemerintah dan BUMN. Itu banyak proyek yang tidak terselesaikan," kata Soeroso di Hotel Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta, Senin (9/1/1017).
Tak hanya itu, beberapa perusahaan yang menjadi kliennya juga menunda pembayaran. Soeroso mengakui, hal itu cukup membebani perusahaan.
Baca Juga
Untuk mengantisipasi hal itu, Bank Jatim telah memilahkan beberapa proyek yang dikiranya masih berpotensi. "Kalau kiranya sudah tidak bisa diharapkan, ya kita akan masukkan dalam CKPN, supaya tidak mengganggu kinerja 2017," tegas dia.
Seperti diketahui, Bank Jatim mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,03 triliun atau tumbuh 16,25 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kinerja ini paling banyak ditopang dengan kinerja penyaluran kredit perusahaan. Tercatat kredit Bank Jatim tumbuh 4,45 persen (YoY) atau sebesar Rp 29,67 triliun.
"Di tengah-tengah kondisi perekonomian global yang masih belum stabil pada 2016, apa yang kita capai ini menjadi sebuah prestasi tersendiri," kata Soeroso.
Soeroso menambahkan pertumbuhan kredit di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi fokus perusahaan tumbuh sebesar Rp 4,55 triliun. Di sektor kredit, penyumbang terbesar berasal dari kredit konsumsi sebesar Rp 19,8 triliun atau tumbuh 8,89 persen. (Yas)
Advertisement