Liputan6.com, New York - Harga emas ditutup naik ke level tertinggi dalam enam pekan terakhir pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas adalah permintaan emas perhiasan yang lebih besar menjelang Hari Raya Imlek.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (11/1/2017), harga emas untuk pengiriman Februari ditutup naik 0,1 persen ke level US$ 1.185,50 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Penutupan tersebut merupakan penutupan tertinggi sejak 29 November.
"Emas sepertinya bergerak dengan benar pada Januari ini dengan mengalami kenaikan permintaan menjelang Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 28 Januari nanti," jelas Kepala Perdagangan Logam Mulia di Marex Spectron, David Govett.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, kenaikan harga emas juga didukung oleh pelemahan dolar AS. Dengan dolar AS yang melemah membuat logam mulia lebih murah bagi mereka yang membeli dengan mata uang di luar dolar AS.
"Kami memperkirakan bahwa dolar AS akan terus berkonsolidasi dan memberikan dukungan untuk menjaga harga emas," jelas analis logam mulia UBS, Joni Teves.
Pada perdagangan sebelumnya, harga emas juga menguat karena pelemahan dolar AS. Indeks Dolar WSJ baru-baru ini tercatat turun 0,2 persen menjadi 92,65. Harga emas menjadi lebih murah untuk pembeli asing seiring pelemahan dolar AS.
James Steel, Kepala Analis Logam Mulia di HSBC, mengatakan penurunan harga emas telah memicu permintaan fisik di pasar negara berkembang termasuk China. "Beberapa bertahan dengan permintaan fisik yang moderat ," kata Steel.
Namun, emas dapat terus menghadapi tantangan dari penguatan dolar AS, kenaikan suku bunga dan ketidakpastian atas implikasi politik dan ekonomi dari pemerintahan Donald Trump. (Gdn/Ndw)