Sukses

Ikut Bursa Presiden IFAD, Menteri Bambang Dapat Restu Jokowi

Bambang Brodjonegoro harus bersaing melawan 7 kandidat dari negara lain.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro masuk dalam bursa calon Presiden Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (International Fund for Agricultural ‎Development/IFAD).
 
Dia harus bersaing melawan 7 kandidat dari negara lain. "Saat ini saya masih proses pencalonan Presiden IFAD dengan tujuh pesaing, yakni tiga kandidat dari Eropa, dua dari Afrika, dan dua dari Amerika Serikat (AS) ," ujar Bambang di Jakarta, Kamis (12/1/2017). 
 
IFAD adalah sebuah badan atau lembaga khusus Perserikatan Bangsa-bangsa ‎(PBB) yang didirikan sebagai sebuah lembaga keuangan pada 1977. Misi IFAD memberdayakan masyarakat miskin di pedesaan dengan tujuan menghapus kemiskinan.
 
 
Sasaran IFAD memberdayakan masyarakat miskin pedesaan di negara-negara berkembang untuk mencapai taraf penghidupan yang lebih tinggi dan meningkatkan ketahanan pangannya.
 
Bambang mengaku, pencalonannya tersebut telah mendapat izin dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) meskipun saat ini dia masih tercatat sebagai menteri Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. 
 
"Saya dicalonkan pemerintah dengan izin Bapak Presiden," tegas Mantan Menteri Keuangan itu. 
 
Lebih jauh dia mengatakan, dalam waktu dekat akan berkampanye di Roma, Italia. Dalam kampanyenya, Bambang akan menyuarakan program-program yang membuat IFAD lebih besar pendanaannya dan fokus pada pengurangan kemiskinan petani maupun nelayan.
 
Harapan besar Bambang bisa lolos menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi Presiden IFAD. "Belum pernah ada orang Indonesia menjadi pucuk pimpinan organisasi internasional tersebut," ucap dia.
 
Jika terpilih, Bambang harus berkantor penuh di Roma setelah Maret 2017. Itu artinya, dia harus melepas jabatannya sebagai Menteri PPN/Kepala Bappenas.
 
"Kalau terpilih‎ Februari nanti, harus full time di Roma setelah Maret. Jadi ya (resign dari kabinet kerja)," kata dia. (Fik/Nrm)