Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengaku terus memantau kebijakan ekonomi maupun perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Pasalnya, Indonesia masih mengandalkan Negeri Paman Sam sebagai negara tujuan ekspor utama.
Kepala BPS, Suhariyanto saat Konferensi Pers Neraca Perdagangan Desember 2016 mengungkapkan, seluruh negara menunggu kepastian jajaran kabinet Donald Trump. Kekhawatiran atas susunan kabinet maupun kebijakan Donald Trump bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga negara lain.
Advertisement
Baca Juga
"Semua ini masih taraf dugaan, dengan melihat komposisi orang-orang yang diangkat agak menimbulkan sentimen negatif. Kebijakannya belum, jadi banyak orang mulai mengantisipasi. Kekhawatiran bukan cuma kita, tapi banyak negara, jadi sekarang kita agak negatif thinkin, tunggu kebijakannya," kata dia di kantor BPS, Jakarta, Senin (16/1/2017).
Saat ini, dijelaskan Suhariyanto, ekspor Indonesia masih bergantung dengan pasar AS. Negara tersebut berada di urutan pertama tujuan utama ekspor Indonesia dengan pangsa pasar 11,94 persen senilai US$ 15,68 miliar pada Januari-Desember 2016. Total ekspor non migas Indonesia dalam kurun waktu setahun lalu mencapai US$ 131,3 triliun.
"Mengubah struktur ekspor kita memang tidak mudah, apalagi mencari pasar baru. Sehingga negara ini yang mendominasi pasar ekspor kita, salah satunya bergantung pada AS," terang Suhariyanto.
Dari data BPS, ekspor non migas Indonesia ke AS pada Desember 2016 mencapai US$ 1,46 miliar. Sedangkan nilai ekspor non migas US$ 15,68 miliar sepanjang Januari-Desember tahun lalu.
Sementara impor non migas AS ke Indonesia sebesar US$ 661,3 juta di Desember 2016 dan US$ 7,20 miliar selama setahun lalu. Dengan begitu, neraca perdagangan Indonesia dan AS terjadi surplus sebesar US$ 795,7 juta pada akhir 2016 dan surplus US$ 8,48 miliar di 2016. (Fik/Gdn)