Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik seiring komitmen Arab Saudi untuk mengurangi produksi mengimbangi laporan ramalan jika produksi minyak AS akan naik lagi pada tahun ini.
Melansir laman Reuters, Selasa (17/1/2017), harga minyak mentah Brent naik 41 sen atau 0,7 persen ke posisi US$ 55,86 per barel. Sementara minyak patokan AS West Texas Intermediate naik 27 sen, atau 0,5 persen menjadi US$ 52,64 per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi 32,5 juta barel per hari mulai 1 Januari.
Advertisement
Baca Juga
Langkah ini dalam upaya untuk membersihkan kelebihan pasokan global yang telah menekan harga selama lebih dari dua tahun.
Rusia dan eksportir utama minyak lainnya di luar OPEC mengatakan jika mereka juga akan memangkas produksi.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih memastikan jika negaranya akan mematuhi terhadap komitmen pengurangan output minyak. Ini sekaligus ungkapan keyakinan jika rencana OPEC untuk menopang harga akan terwujud.
Namun, kata-kata Falih ini tidak sepenuhnya positif. Di satu sisi soal komitmen, ia juga mengatakan produsen tidak mungkin untuk memperpanjang perjanjian mereka memangkas produksi minyak usai enam bulan, terutama jika persediaan global jatuh ke rata-rata dalam lima tahun.
"Harapan saya... bahwa rebalancing yang mulai perlahan-lahan pada tahun 2016 akan memiliki dampak penuh pada semester pertama," dia menjelaskan.
Memanng investor meragukan bahwa OPEC dan sekutunya dapat memangkas output yang cukup untuk mendongkrak harga.
Di sisi lain, prediksi kenaikan produksi minyak di Amerika Serikat serta libur federal membuat keuntungan harga.
Goldman Sachs mengharapkan produksi minyak AS naik 235.000 barel per hari pada 2017 (year on year).
Ini seiring kenaikan pengeboran di negara itu. Produksi minyak AS saat ini berada di posisi 8.950.000 barel per hari, naik dari 8,5 juta barel per hari pada bulan Juni tahun lalu.(Nrm/Ndw)
Â