Liputan6.com, Jakarta - Dwi Agustin Viki Wilnawati tak pernah membayangkan menjadi bidan dadakan di dalam kereta api kelas ekonomi jurusan Surabaya Gubeng-Kertosono-Blitar.
Wanita yang akrab dipanggil Wilna ini merupakan pegawai PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang kesehariannya menjadi customer service (CS) di Stasiun Jombang. Pada 4 Januari 2017, Wilna memiliki kenangan yang tak dapat dilupakannya.
Saat bertugas, ia dikejutkan dengan panggilan Kepala Stasiun Jombang untuk meninggalkan kursinya menuju ke Kereta Rapih Doho. Dia diinformasikan hanya untuk membantu ibu-ibu yang akan melahirkan.
Advertisement
"Saat saya masuk ke kereta, ternyata ibu itu sudah tiduran di kursi, dan saya lihat kepala bayi itu sudah keluar setengahnya," cerita Wilna di kereta inspeksi Rail One, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Baca Juga
Mengingat kereta api yang ia tumpangi adalah kereta kelas ekonomi, saat kejadian banyak orang yang mengerumuni ibu yang ingin melahirkan tersebut hanya ingin menonton kejadian itu.
Melihat sesaknya gerbong tersebut, Wilna memerintahkan kepada rekannya untuk menurunkan beberapa penumpang demi memberikan ruang udara yang lebih longgar. "Karena saat itu bayinya biru, kekurangan oksigen, dan terlilit tali pusar," kata dia.
Setelah sebagian penumpang diturunkan, Wilna sempat kebingungan karena di atas kereta ekonomi tersebut tidak ada alat-alat kesehatan sebagai bagian untuk pertolongan pertama. Saat itu, dirinya meminta tolong rekannya untuk membeli sebuah gunting dan dibersihkan dengan alkohol.
Gunting ini akhirnya digunakan Wilna untuk memotong tali pusar yang meililit tubuh bayi tersebut. "Saat itu bayi tidak respons, tidak menangis, lalu saya goyang-goyang‎, akhirnya menangis dan mengeluarkan lendir," kata dia.
"Saya harus lakukan ini, karena ini SOP-nya, saya siap tanggung risiko apa pun saat itu, karena ini berkaitan dengan nyawa dua orang," lanjut Wilna.
Setelah bayi keluar, Wilna langsung membungkus bayi tersebut dengan menggunakan mukena dari salah satu penumpang. Saat itu dia menyadari, plasenta masih belum keluar dari rahim sang ibu.
Tanpa pikir panjang, Wilna dan sejumlah petugas Stasiun Jombang membawa sang ibu dan bayi ke ambulan‎s untuk di bawa ke rumah sakit terdekat.
"Saya tahu plasentanya belum keluar, karena kalau dikeluarkan di situ, pasti akan ada pendarahan yang hebat, makanya langsung dibawa ke ambulans," ungkap wanita itu.
Usai kejadian itu, Wilna meminta perusahaannya untuk melengkapi alat-alat pertolongan pertama di setiap kereta api yang dioperasikan.
Dengan tindakannya yang cepat tersebut, Wilna mendapat penghargaan dari perusahaan dan pemberian uang senilai Rp 10 juta langsung dari Direktur Utama KAI Edi Sukmoro‎.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Wilna. Seluruh pegawai KAI memang harus seperti ini, siap melakukan apa saja demi pelayanan kita. Semoga dengan ini, bisa memicu seluruh pegawai kita untuk bisa bekerja lebih baik," tutup Edi. (Yas/Gdn)