Liputan6.com, Jakarta - Harga komoditas terutama batu bara cenderung menguat termasuk batu bara kalori tinggi atau coking coal. Harga coking coal atau batu bara berkalori tinggi melonjak ke level tertinggi sejak 2011.
Sebelumnya harga batu bara berkalori tinggi pada Desember ini relatif rendah di kisaran US$ 200 per ton. Harga coking coal atau batu bara berkalori tinggi mencapai US$ 285 hingga kuartal I 2017. Kenaikan harga batu bara ini dinilai dari aksi pembeli China.
"Kami melihat permintaan kuat dari China, jauh lebih signifikan. Pasar telah mengantisipasinya," ujar Analis Gavin Wendt seperti dikutip dari laman ABC, Rabu (18/1/2017).
Wendt menambahkan, permintaan kuat dari China tersebut lantaran adanya penurunan produksi domestik dari China. "Pemerintah China telah mencoba untuk memangkas kembali produksi coking coal dalam negeri," ujar dia.
Baca Juga
Wendt optimistis, produksi batu bara tetap kuat sepanjang 2017. Selain itu, harga batu baranya akan tetap kuat selama enam bulan pertama. "Saya pikir kita memulai tahun ini dengan catatan yang sangat positif, dan harga akan tetap tinggi selama paruh pertama 2017. Namun semester kedua tergantung dari global dan apa yang terjadi di Amerika Serikat" kata dia.
Sementara itu, harga batu bara mengutip data PT Binaartha Sekuritas, harga batu bara untuk kontrak Februari di bursa Rotterdam, harga batu bara naik 3,27 persen menjadi US$ 86,75 per ton. Sedangkan di Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Februari naik 1,36 persen ke level US$ 84,15.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, kenaikan harga komoditas terutama batu bara merespons dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah. Hal itu mengingat efek Donald Trump mulai mereda. Sisi lain harga minyak dunia menguat juga berimbas ke harga batu bara.
Advertisement
"Pelemahan nilai tukar dolar AS juga berdampak ke komoditas," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Februari naik 11 sen atau 0,2 persen ke level US$ 52,48 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sedangkan harga minyak mentah Brent, yang merupakan patokan harga dunia, turun 39 sen atau 0,7 persen ke angka US$ 55,47 per barel di ICE Futures Europe.
Kenaikan harga batu bara tersebut mendorong indeks sektor saham tambang menguat seiring kenaikan saham emiten batu bara. Indeks sektor saham tambang naik 0,71 persen. pada perdagangan saham sesi kedua Rabu pekan ini.
Indeks sektor saham tambang naik didorong saham PT Harum Energy Tbk menguat 2,5 persen ke level Rp 2.050 per saham, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mendaki 2,06 persen ke level Rp 1.735 per saham, saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mendaki 1,96 persen ke level Rp 52 per saham, dan saham PT Bumi Resources Tbk naik 1,9 persen ke level Rp 428 per saham.