Sukses

‎Indonesia Punya Pasar Konstruksi Terbesar ke-4 di Asia

Sektor konstruksi memiliki konstribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 10,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia yang dianggap saat ini masih tertinggal dari beberapa negara tetangga.

Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Yusid Toyib‎ mengungkapkan, sektor konstruksi memiliki konstribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 10,5 persen dari PDB Nasional pada tahun lalu dan memiliki multiplier effect terhadap sektor lain.

"Pasar konstruksi Indonesia merupakan pasar konstruksi terbesar Asia Tenggara dan nomor 4 terbesar di Asia, setelah China, Jepang dan India," kata dia, Jumat (20/1/2017).

Dengan potensi yang demikian besar ternyata sektor konstruksi di Indonesia menghadapi kendala, salah satunya ketersediaan tenaga kerja konstruksi yang berkualitas yang bisa berakibat pada rendahnya daya saing konstruksi.

Menurutnya, sertikasi tenaga kerja konstruksi adalah kunci jawaban untuk meningkatkan daya saing sektor konstruksi. Untuk itulah dirinya mengajak Unit Organisasi di Kementerian PUPR terutama PPK dan Satker agar turut serta mengawasi.

"Agar dalam setiap pekerjaan proyek konstruksi menggunakan tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat," tambahnya.

Menurutnya sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja konstruksi adalah penting. Alasannya adalah pertama, bersertifikat bagian dari kewajiban atau mandat Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri PUPR maupun dalam Kontrak Kerja.

Terlebih dengan disetujuinya Undang-Undang Jasa Konstruksi yang baru pada tanggal 15 Desember 2016 oleh DPR RI dimana salah satunya memuat kewajiban menggunakan tenaga kerja bersertifikat yang harus tertuang dalam kontrak kerja dan sanksi bagi Pengguna/Penyedia Jasa yang tidak mempekerjakan tenaga kerja konstruksi bersertifikat.

Kedua, dengan bersertifikat, maka akan memberikan manfaat bagi banyak pihak. Diantaranya sertifikat sebagai Quality Assurance bagi Pengguna dan Penyedia Jasa. Sertifikat juga sebagai bukti kompetensi dan perlindungan profesi serta jaminan keamanan dan lingkungan bagi masyarakat dan Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja konstruksi sendiri.

“Namun kembali saya ingatkan bahwa tujuan bersertifikat jangan sampai didefinisikan sebagai sumber ekonomi bagi lembaga sertifikasi atau sekedar untuk pemenuhan syarat lelang," tegas Dirjen Bina Konstruksi.

Disampaikan oleh Dirjen Bina Konstruksi bahwa realisasi target sasaran tenaga kerja bersertifikat di tahun 2015-2016 mencapai 437.000 orang bersertifikat, naik 194.000 orang dari tahun sebelumnya atau 94 persen dari rencana. Hal ini bisa tercapai dengan kerja keras yang telah dilakukan serta peran aktif stakeholder lainnya. (Yas/Gdn)