Liputan6.com, Jakarta - Donald Trump akhirnya resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. Terpilihnya Donald Trump memimpin AS tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah Indonesia. Alasannya, dalam kampanye Trump mengusung kebijakan proteksionis.
Dengan rencana kebijakan dagang AS yang lebih proteksionis tersebut, pemerintah Indonesia akan merangsek masuk ke negara lain. Salah satu produk Indonesia yang bakal mengincar negara di luar AS adalah rambut palsu.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan, Tjahya Widayanti mengungkapkan, pada Januari-Oktober 2016, ekspor rambut palsu RI mencapai US$ 313,61 juta. Surplus neraca perdagangan rambut palsu senilai US$ 311,7 juta atau meningkat 12,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Advertisement
"Kita tidak ingin terlalu bergantung pada AS karena kondisi perdagangan luar negeri di AS akan lebih protektif terhadap impor di masa depan. Jadi perlu menggali potensi di negara lain untuk meningkatkan surplus," kata Tjahya dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (22/1/2017).
Baca Juga
Tjahya mengaku sudah memetakan negara-negara pasar potensial sebagai sasaran ekspor produk rambu palsu dari Indonesia, yakni Bangladesh, Nigeria, Iran, Inggris, dan Belanda. "Kita akan lakukan strategi khusus untuk mengoptimalkan ekspor produk rambut palsu lokal," ujar Tjahya.
Pertama, meningkatkan peran perwakilan perdagangan di luar negeri untuk melakukan koordinasi dan fasilitasi pertemuan bisnis antara pelaku usaha di bidang kecantikan, persalonan, dan ritel alat kosmetik di negara tujuan dengan produsen dan eksportir produk rambut palsu Indonesia.
Kedua, mengikuti pameran dagang dengan mengikutsertakan pelaku industri produk rambut palsu serta industri kosmetik dengan membuka stan atau make over kosmetik untuk mempromosikan produk rambut palsu serta produk kosmetik Indonesia.
Lebih jauh dijelaskan dia, saat ini, ekspor produk rambut palsu Indonesia didominasi ke AS. AS sambungnya, merupakan pasar utama produk rambut palsu Indonesia dengan pangsa 66,94 persen dan mencatat tren kenaikan rata-rata yang cukup tinggi sebesar 5,67 persen.
Selain AS, produk rambut palsu Indonesia juga memiliki pangsa di Malaysia (12,66 persen), Inggris (4,69 persen), Jerman (3,42 persen), Korea Selatan (2,61 persen), dan Kanada (0,83 persen).
Tjahya menambahkan, AS mendominasi permintaan produk rambut palsu dunia dengan pangsa 48,38 persen atau dengan kata lain, menyerap hampir setengah pasokan produk rambut palsu dunia.
Pangsa pasar selanjutnya diikuti Nigeria (9,86 persen), Jepang (4,68 persen), dan Uni Emirat Arab (4,12 persen). Pasar AS juga masih menunjukkan tren impor yang positif sebesar 1,64 persen.
"Permintaan impor naik dari tren kecantikan menggunakan hair extension yang terjadi saat ini di pasar AS. Pengaruh dunia entertainment, mengikuti tren rambut selebriti jadi faktor utama tingginya permintaan rambul palsu di AS," jelas Tjahya.
Sekarang ini, Indonesia merupakan eksportir kedua terbesar rambut palsu di pasar dunia setelah China.
Negeri Tirai Bambu itu masih menjadi pesaing utama Indonesia di pasar global dengan pangsa 78,59 persen. dengan tren kenaikan signifikan di produk rambut palsu 13,82 persen.
Indonesia juga perlu mewaspadai negara kompetitor lain yang cukup tinggi tren kenaikan ekspor produk rambut palsu, seperti Bangladesh (99,98 persen), Senegal (87,97 persen), Inggris (19 persen), AS (13,04 persen), dan Filipina (12,94 persen).
Surplus
Perdagangan produk rambut palsu Indonesia secara keseluruhan mencatat surplus yang cukup tinggi yakni US$ 338,5 juta pada 2015. Indonesia memiliki pangsa sebesar 7,28 persen terhadap total ekspor dunia.
Pada 2015, ekspor rambut palsu tercatat US$ 340,87 juta. Sementara pada periode 2012-2015, perolehan surplus neraca rambut palsu mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 7,8 persen dan kenaikan ekspornya 7,66 persen. Ekspor rambut palsu memiliki pangsa sebesar 0,29 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia.
Adapun komposisi ekspor rambut palsu terdiri atas ekspor rambut palsu utuh (wigs) dari bahan sintetik dengan pangsa 37,06 persen.
Kemudian jenggot, alis dan bulu mata palsu dari bahan sintetik sebesar 24,95 persen; wigs, jenggot, alis, dan bulu mata palsu dari rambut manusia sebesar 22,19 persen; serta dari bahan lain sebesar 15,80 persen. (Fik/Gdn)