Sukses

OPEC: Pemangkasan Produksi Minyak Berjalan Sesuai Rencana

Arab Saudi sebagai eksportir minyak terbesar dunia telah melampaui target pemotongan produksi yang sebesar 500 ribu barel per hari.

Liputan6.com, New York - Organisasi negara pengeskpor minyak (OPEC) dan negara-negara penghasil minyak di luar OPEC memenuhi janji untuk memangkas produksi mulai awal tahun ini. Dampaknya, harga minyak mulai merambat naik.

Mengutip Bloomberg, Senin (23/1/2017), sejauh ini, negara-negara produsen minyak telah memangkas pasokan produksi minyak kurang lebih 1,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut telah lebih dari 80 persen target kolektif.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih terus memantau hasil dari kesepakatan yan bulan berjalan sejak 1 Januari kemarin. "Kepatuhan dari negara-negara benar-benar fantastis," jelas dia.

"Saya melihat, ini menjadi kesepakatan terbaik yang pernah kami buat dalam jangka waktu yang cukup lama," tambah dia.

Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Aljazair dan Venezuela telah bertemu dengan negara-negara non-OPEC seperti Rusia dan Oman untuk melakukan verifikasi terhadap produksi minyak dari 24 negara yang telah melakukan kesepakatan untuk menghapus produksi 1,8 juta barel per hari selama enam bulan.

Dalam pertemuan tersebut, mereka membuktikan bahwa OPEC memang benar-benar serius untuk mengurangi kekenyangan kelebihan produksi yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Pertemuan tersebut juga untuk menghilangkan sikap skeptis dari dunia internasional.

Saat ini, harga minyak telah berangsur naik ke level tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Harga minyak telah bertengger di US$ 58 per barel. Kenaikan harga minyak tersebut setelah OPEC dan negara non-OPEC sepakat untuk mengakhiri produksi yang sangat tidak terkontrol dalam dua tahun terakhir.

Arab Saudi sebagai negara eksportir minyak terbesar di dunia telah melampaui target pemotongan produksi mereka yang sebesar 500 ribu barel per hari.

Al-Falih menjelaskan, Aljazair dan Kuwait juga telah memotong sesuai dengan target masing-masing. Sementara Irak dan venezuela belum mencapai target masing-masing. Tetapi kedua negara tersebut mengaku sudah mendekati target.

Al-Falih berharap semua negara mematuhi dengan penuh kesepakatan yang telah dibuat pada bulan depan. Dengan kepatuhan tersebut maka stok minyak mentah di dunia kembali normal pada pertengahan tahun nanti saat perjanjian berakhir pada Juni 2017.

Rusia pun juga telah mengurangi produksi rata-rata 100 ribu barel per hari. Meskipun cukup besar, tetapi masih jauh dari perjanjian yaitu di angka 300 ribu barel per hari.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak berjanji bakal bisa memenuhi target tersebut yaitu penurunan 300 ribu per hari pada April atau Mei nanti.

"Kami mulai melihat pergeseran momentum dan muncul sentimen bullish di pasar," jelas Menteri Perminyakan Kuwait Essam Al-Marzouk. "Ini tanda-tanda yang menggembirakan bahwa kita semua pada jalur yang benar," imbuh dia. (Gdn/Ndw)