Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyambut baik kenaikan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini. Kenaikan harga minyak dunia tersebut akan meningkatkan gairah pencarian minyak dan gas bumi (migas).
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, kenaikan harga minyak dunia akan menciptakan keseimbangan baru yang berdampak pada peningkatan investasi hulu migas yang berujung pada peningkatan produksi.
"Tentu ada keseimbangan baru, harga naik, pasti investor akan bergairah untuk investasi di situ. Produksi akan naik," kata Dwi, di kantor Pusat Pertamina‎, Jakarta, Senin (30/1/2017).
Advertisement
Dari peningkatan produksi tersebut akan menutupi kekurangan dari bisnis lain, kondisi inilah akan menciptakan keseimbangan, dia memperkirakan harga minyak akan stabil hingga hinga US$ 50 hingga US$ 60 per barel.
"Kelebihan produksi itu juga akan menekan kenaikan tadi, sehingga akan masuk dari pada keseimbangan yang baru, keseimbangan yang baru itu saya pikir di angka 50-60 per barel,‎" papar Dwi.
Baca Juga
Dwi mengungkapkan, kenaikan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini akibat kesepakatan negara eksportir minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (‎OPEC) dan diluar OPEC mengerem laju produksi minyak dunia, untuk mendongkrak harga minyak dunia.
"Ya jadi ini kan sebagai dampak dari pembatasan produksi baik OPEC dan non Opec kesepakatan itu berdampak pada itu, itu sudah kita duga," tutup Dwi.
Sebelumnya pada 23 Januari 2017, OPEC dan negara-negara penghasil minyak di luar OPEC memenuhi janji untuk memangkas produksi mulai awal tahun ini. Dampaknya, harga minyak mulai merambat naik.
Sejauh ini, negara-negara produsen minyak telah memangkas pasokan produksi minyak kurang lebih 1,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut telah lebih dari 80 persen target kolektif.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih terus memantau hasil dari kesepakatan yan bulan berjalan sejak 1 Januari kemarin. "Kepatuhan dari negara-negara benar-benar fantastis," jelas dia. "Saya melihat, ini menjadi kesepakatan terbaik yang pernah kami buat dalam jangka waktu yang cukup lama," tambah dia.
Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Aljazair dan Venezuela telah bertemu dengan negara-negara non-OPEC seperti Rusia dan Oman untuk melakukan verifikasi terhadap produksi minyak dari 24 negara yang telah melakukan kesepakatan untuk menghapus produksi 1,8 juta barel per hari selama enam bulan.
Dalam pertemuan tersebut, mereka membuktikan bahwa OPEC memang benar-benar serius untuk mengurangi kekenyangan kelebihan produksi yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Pertemuan tersebut juga untuk menghilangkan sikap skeptis dari dunia internasional.
Saat ini, harga minyak telah berangsur naik ke level tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Harga minyak telah bertengger di US$ 58 per barel. Kenaikan harga minyak tersebut setelah OPEC dan negara non-OPEC sepakat untuk mengakhiri produksi yang sangat tidak terkontrol dalam dua tahun terakhir. (Pew/Gdn)