Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) meminta konsorsium PT Pertamina (Persero), Marubeni Corporation, dan Sojitz Corporation ‎mengebut pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I.
Direktur Utama PLN Sofyan Basyir mengatakan, pembangunan PLTGU Jawa I berkapasitas 1760 Mega Watt (MW) dengan nilai investasi US$ 1,8 miliar memakan waktu 3 tahun dan diperkirakan selesai 2020. Namun dia ingin lebih cepat.
Baca Juga
"Saya bilang ke Pak Dwi (Direktur Utama Pertamina) kita berdua pensiun kalau 2020, minimal selesai bisa lebih cepat ," kata Sofyan, saat menghadiri penandatangan, jual beli listrik PLTGU Jawa I, di Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Advertisement
Sofyan mengungkapkan, setelah dilakukan penandatangan jual beli listrik ‎(Power Purchase Agreement /PPA) ‎diharapkan diikuti dengan penyelesaian pembiayaan (financial close) yang paralel dengan pembangunan fisik PLTGU tersebut agar dapat menyingkat waktu.
‎"Mudah-mudahan dengan equity yang ada progres pembangunan bisa diawali agar parael dengan profgres financial close," tutur Sofyan.
Authorized Representative of Consortium PLTGU Jawa I Pertamina-Marubeni-Sojitz Ginanjar ‎menyanggupi keinginan Sofyan. Menurutnya Pertamina dengan konsorsium akan melakukan langkah percepatan membangun pembangkit, sehingga bisa selesai 2019.
"Percepatan, betul kalau bisa lebih cepat 2019, ada yang bisa kami percepat," tutup Ginanjar.
Listrik yang dihasilkan PLTGU Jawa I yang terletak di Cilamaya, Jawa Barat akan disalurkan ke sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 500 Kilo Volt,‎ dengan panjang transmisi 52 Kilo meter (Km). Secara sistem, pembangkit tersebut memperkuat kelistrikan Jawa-Bali yang kebuthannya terus meningkat.
PLTGU Jawa I merupakan pembangkit listrik berbasis gas pertama di Asia yang mengintegrasikan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) dengan PLTGU (Combined Cycle Gas Turbine/ CCGT). PLTGU ini akan dibangun di Cilamaya, Jawa Barat. Dengan kapasitas 1760 MW, PLTGU Jawa I menjadi pembangkit listrik berbahan bakar gas terbesar di Asia Tenggara.
Proyek ini merupakan kolaborasi internasional yang melibatkan 18 mitra Internasional maupun domestik yaitu Indonesia, Jepang, Korea, Amerika, dan Eropa.