Liputan6.com, Jakarta
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ketimpangan pengeluaran penduduk kaya dan miskin atau gini ratio di Indonesia sebesar 0,394 di September 2016. Kesenjangan pengeluaran paling parah berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan paling rendah di Bangka Belitung.Â
Â
Kepala BPS, Suhariyanto saat Konferensi Pers Rilis Inflasi Januari 2017 mengungkapkan, gini ratio September 2016 sebesar 0,394 turun 0,003 poin dibanding Maret yang mencatatkan gini ratio 0,397 dan 0,008 dari realisasi gini ratio September 2015 sebesar 0,402.Â
Â
"Itu artinya terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di periode September 2015 dan September 2016. Terjadi kenaikan pengeluaran di masyarakat level bawah lebih tinggi dibanding masyarakat ‎20 persen berpengeluaran ke atas," jelas dia di kantornya, Jakarta, Rabu (1/2/2017).Â
Â
Baca Juga
Â
Menurut Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk ini menjelaskan, ada 8 provinsi di Indonesia dengan ketimpangan pengeluaran di atas gini ratio Indonesia, yakni Yogyakarta, Gorontalo, Jawa Timur (Jatim), Jawa Barat (Jabar), Papua Barat, Sulawesi Selatan (Sulsel), Papua, dan Jakarta.Â
Â
"Gini ratio tertinggi tercatat di provinsi Yogyakarta sebesar 0,425 dan terendah di provinsi Bangka Belitung sebesar 0,288," jelasnya.Â
Â
Adapun 8 provinsi yang mencetak gini ratio paling tinggi, mengalahkan realisasi gini ratio secara nasional, antara lain:Â
Â
1. Yogyakarta 0,425
2. Gorontalo 0,410Â
3. Jawa Timur (Jatim) 0,402
4. Jawa Barat (Jabar) 0,402
5. Papua Barat 0,401
6. Sulawesi Selatan (Sulsel) 0,400
7. Papua 0,399, danÂ
8. Jakarta 0,397
Â
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, M. Sairi Hasbullah mengungkapkan, Yogyakarta tercatat sebagai provinsi yang mencetak ketimpangan pengeluaran terparah karena indikasi statistik menunjukkan di perkotaan Yogyakarta, total pengeluaran penduduk 20 persen terbawah hanya 5,66 persen dari total seluruh pengeluaran penduduk.Â
Â
"Jadi memang pengeluaran penduduk 20 persen terbawah terendah se-Indonesia. Pola konsumsi masyarakat bawah di Yogyakarta agak minimal, sementara di kelompok atas sudah mengikuti pola konsumsi yang sudah cukup tinggi, jadi gap-nya tinggi antara terbawah dan teratas," terang dia.Â
Â
Sementara Bangka Belitung mencatatkan gini ratio 0,288 atau paling rendah di Indonesia, diakui Sairi karena pemerataan pembangunan yang terjadi sangat baik. Data ini, konsisten dengan angka kemiskinan di Babel yang relatif rendah hanya 5,04 persen. Babel juga konsisten menunjukkan angka gini ratio yang paling rendah di Indonesia.Â
Â
"Kalau di DKI Jakarta, gini ratio terus turun dari September 2015 sebesar 0,421 menjadi 0,411 di Maret 201, lalu turun lagi di September 2016 yang sebesar 0,397. Artinya selama setahun terakhir, DKI Jakarta mampu menurunkan tingkat ketimpangan ekonomi masyarakatnya," tutur dia. (Fik/Nrm)