Liputan6.com, New York - Harga minyak jatuh terpicu kecukupan persediaan di Amerika Serikat (AS) dan spekulasi kelebihan stok akan melampaui output OPEC, serta meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.
Melansir laman Reuters, harga minyak berjangka Brent turun US$ 1,09, atau 1,9 persen menetap di posisi US$ 55,72 per barel.
Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate kehilangan 82 sen atau 1,5 persen, ditutup pada posisi US$ 53,01 per barel. Itu adalah kontrak penutupan terendah sejak 31 Januari.
Perbedaan harga antara Brent premium dan WTI menyempit menjadi US$ 2,09 per barel, ini merupakan yang terendah sejak 19 Januari.
"Kami merasa bahwa sebagian besar penurunan harga terkait dengan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan di nett WTI serta peningkatan besar dalam hitungan rig minyak (AS)," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Konsultan Energi Ritterbusch & Associates yang berbasis di Chicago.
Baca Juga
Ritterbusch dan yang lain juga mengatakan penurunan harga minyak mentah terkait dengan melemahnya permintaan bensin. Harga bensin berjangka AS turun 2,8 persen pada hari Senin.
Sementara Hedge fund dan spekulan lainnya meningkatkan taruhan mereka pada minyak mentah berjangka AS.
Advertisement
Harga minyak sempat terdorong naik didukung langkah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memotong pasokan sejak awal tahun ini dan terjadinya ketegangan baru antara Iran dan Amerika Serikat.
Sanksi baru Trump terhadap pemerintahan terhadap Iran, meskipun tidak mempengaruhi produksi minyak, mengangkat kekhawatiran tentang potensi perkembangan selanjutnya yang dapat menghambat pertumbuhan ekspor di produsen minyak terbesar ketiga OPEC itu.
Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat sejak uji coba rudal Iran yang mendorong Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi kembali.
Di sisi lain, Lembaga Informasi Administrasi Energi AS mengatakan, pada pekan lalu bahwa persediaan minyak mentah AS telah naik tajam selama empat minggu berturut-turut.
Sedangkan data pada hari Jumat menunjukkan, jumlah rig pengeboran minyak naik ke level tertinggi sejak Oktober 2015.