Sukses

Menteri Susi: Kenaikan Harga Ikan Akibat Cuaca Buruk

Menurut Menteri Susi, dalam kondisi cuaca buruk, kenaikan harga ikan bisa mencapai Rp 20 ribu.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan kenaikan harga ikan di sejumlah wilayah belakangan ini merupakan dampak dari cuaca buruk. Akibatnya, nelayan menghentikan sementara aktivitas melautnya sambil menunggu cuaca yang lebih stabil.

Susi mengatakan kenaikan harga ikan saat cuaca yang tidak menentu seperti ini merupakan hal yang wajar. Sebab, pasokan ikan ke pasar akan berkurang karena nelayan yang tidak melaut. "Ini‎ karena cuaca jelek, ya wajar (harga naik). Karena pasokan kurang," ujar dia di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Selasa (7/6/2017).

Menurut Susi, dalam kondisi cuaca seperti ini, kenaikan harga ikan bisa mencapai Rp 20 ribu. Kenaikan harga ini dinilai sebagai hal yang wajar. "Ikan kalau naik turunnya bisa Rp 10 ribu-Rp 20 ribu. Kalau kosong," tandas dia.

Sebelumnya pada 20 Oktober 2016, Menteri Susi juga mengatakan ada beberapa cita-cita yang belum bisa terwujud sejauh ini. Salah satunya adalah pemerataan harga dari sumber daya laut itu sendiri.

Susi menuturkan, banyak wilayah di Indonesia memiliki banyak ikan. Namun di wilayah tersebut tidak ada pasar penjualan ikan yang terorganisasi. Susi menyebutkan ada satu wilayah di Indonesia yang hasil ikannya melimpah. Namun mengingat tidak adanya pasar, maka harga ikan di sana sangatlah murah. Padahal, jika hasil tangkapan tersebut di bawah ke Pulau Jawa, harganya bisa puluhan kali lipat.

"Persoalannya ikan sudah ada, tapi harganya tidak adil untuk seluruh wilayah Indonesia. PR kita, meratakan jumlah pengolahan dan transportasi, yang memudahkan ikan ini keluar dari wilayah tangkap ke pasar‎," ucap Susi.

Untuk menciptakan pemerataan harga itu, Susi mengaku akan berkomunikasi dengan Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN demi bisa membuka jalur transportasi dari beberapa wilayah di Indonesia yang kaya akan sumber daya lautnya.

Tidak hanya itu, jalur transportasi yang diinginkan itu tidak hanya menuju ke Pulau Jawa atau beberapa tempat lainnya yang memiliki potensi pasar, melainkan juga ke luar negeri.

Susi menuturkan, beberapa wilayah kaya akan hasil laut di Indonesia Timur, lebih dekat dengan pasar di Australia jika dibandingkan dengan pasar di Jakarta atau kota di pulau Jawa lainnya.

"Ke Darwin itu lebih dekat, penerbangan cuma 1 jam saja. Jadi tidak harus ke Jawa, tapi yang Indonesia Timur itu juga harus dibuka saja langsung pemasaran ke luar negeri, lebih efisien. Jadi pemerataan ini PR kita," ujar Susi. (Dny/Gdn