Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mengusulkan kepada pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub), agar mengalihkan subsidi ke maskapai yang menjalankan tol udara sekitar Rp 200 miliar untuk menghidupkan Merpati.
Nantinya Merpati Nusantara Airlines tersebut ditugaskan untuk membangun bisnis kargo berbiaya murah. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, mengkritisi kebijakan Menteri Perhubungan (Menhub) yang akan memberikan subsidi ke maskapai yang menjalankan tol udara.
"Subsidi tol udara untuk maskapai bakal habis. Dampaknya jangka pendek saja untuk biaya logistik. Tidak membuat industri berkembang," ucap Zaldy saat diskusi publik bertema "Harga Komoditas Tinggi, Salah Logistik" di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (8/2/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dia berpendapat, lebih baik anggaran subsidi tersebut dialihkan untuk Merpati atau ke PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang saat ini berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk menjalankan bisnis kargo murah.
"Kalau uang subsidi dipakai untuk Merpati, dihidupkan lagi khusus untuk kargo di Papua atau ke IPTN supaya bisa bangun kargo murah, ini akan memberi dampak jangka panjang," ujar dia.
Untuk diketahui, Kemenhub telah mengalokasikan anggaran subsidi Rp 300 miliar di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. Rinciannya sebesar Rp 100 miliar untuk subsidi tol laut dan tol udara Rp 200 miliar.
Kritikan Zaldy juga ditujukan untuk alokasi subsidi tol laut kepada perusahaan pelayaran. Pemberian subsidi tersebut dinilai kurang tepat karena hanya bersifat sementara atau jangka pendek.
"Begitu subsidi dicabut, ongkos logistik bisa tinggi lagi. Lebih baik pemerintah memperbaiki fasilitas di pelabuhan, sehingga waktu tunggu tidak lama lagi. Dampaknya bukan cuma Pelni yang mendapat keuntungan dari fasilitas pelabuhan yang bagus, tapi juga semua kapal swasta," kata dia.