Sukses

Pemerintah Harap Daya Saing Industri RI Naik ke Peringkat 15

Untuk meningkatkan daya saing, Kemenperin memiliki strategi antara lain meningkatkan nilai tambah SDA dan menguatkan SDM.

Liputan6.com, Jakarta - Pemulihan ekonomi negara maju yang masih melambat telah menekan pertumbuhan ekonomi secara global. Namun di tengah kelesuan ekonomi global tersebut, posisi Indonesia sebagai negara berkembang masih cukup baik karena mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,02 persen di 2016.

Direktur Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2016 ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan industri pengolahan non-migas yang lebih baik.

Dia menjelaskan, berdasarkan data dari BPS pada 2016 lalu neraca perdagangan nasional surplus sebesar US$ 6,8 miliar. Dari total surplus tersebut, US$ 1,5 miliar diperoleh dari nilai ekpor-impor industri pengolahan non-migas.

"Total ekspor nasional US$ 144,3 miliar, sedangkan total impornya 137,5 miliar. Berarti neraca perdagangan kita surplus US$ 6,8 miliar," ujar dia, di Jakarta, Kamis (9/2/2017).

Sigit juga mengungkapkan, daya saing nasional Indonesia telah menempati peringkat 19 dari 40 negara teratas di Global Manufacturing Competitiveness Index (GMCI) pada 2016. Diperkirakan indeks tersebut naik ke peringkat 15 pada 2020.

"Tahun 2016 kemarin Indonesia dapat rangking 19 dari 40 negara GMCI. Tahun 2020 diperkirakan naik jadi ke 15," lanjut dia.

Untuk meningkatkan daya saing tersebut, Sigit menyampaikan beberapa strategi yang akan dilakukan oleh Kemenperin. Di antaranya, meningkatkan nilai tambah Sumber Daya Alam (SDA), melakukan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui vokasi industri, melakukan pendalaman struktur industri melalui kekuatan rantai industri, serta mengembangkan wilayah industri.

"Strategi seperti ini mudah-mudahan bisa membawa Indonesia ke peringkat yang lebih baik lagi," kata dia

Saat ini, pemerintah telah membangun 14 kawasan industri dengan pendekatan Indonesia sentris. Dalam waktu tiga tahun ke depan, pembangunan untuk 7 kawasan industri Tanjung Boton (Riau), Dumai (Riau), Berau (Kaltim),Tanah Kuning (Kaltara), JIIPE (Jatim), Kendal (Jateng), dan Serang (Banten) akan dipercepat.

"Pembangunan ini dilakukan dalam rangka mengurangi kesenjangan sekaligus upaya mengembangkan wilayah industri mulai dari pinggiran," ujar dia.

 

 

Â