Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan tingkat komponen lokal atau dalam negeri (TKDN) industri otomotif nasional mencapai 90 persen di 2019. Caranya dengan memperbanyak penggunaan bahan baku plastik dan baja lokal untuk komponen otomotif.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menjelaskan, saat ini industri otomotif nasional mampu memenuhi TKDN yang berbasis bahan baku lokal rata-rata sekitar 60 persen. Kecuali untuk kendaraan jenis low cost and green car (LCGC) telah mencapai TKDN sebanyak 80-90 persen.
Baca Juga
"Kami akan dorong terus hingga 90 persen pada tahun 2018-2019 dengan basis bahan baku plastik dan baja,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (10/2/2017).
Untuk mencapai TKDN ini, Kemenperin mendorong industri petrokimia dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan komponen industri otomotif.
Advertisement
Hal tersebut telah dimulai oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) yang akan memasok resin polypropylene impact copolymer untuk PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang akan diaplikasikan pada mobil Toyota Vios dan Yaris.
“Hal ini sejalan dengan langkah Kementerian Perindustrian untuk memperdalam struktur industri nasional agar rantai nilai dari sektor hulu sampai hilir semakin kuat sehingga dapat mengurangi ketergantungan bahan baku impor,” jelas dia.
Menurut Airlangga, kerja sama antara TMMIN dengan CAP ini akan mendorong pertumbuhan industri komponen kendaraan di dalam negeri. Selain itu dapat menjadi wahana transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia di sektor otomotif.
"Secara nasional, saat ini terdapat sekitar 1.500 perusahaan komponen otomotif di Indonesia yang terbagi dalam tier 1 sampai tier 3,” kata dia.
Selain itu, industri otomotif juga merupakan salah satu sektor prioritas dalam kebijakan industri nasional yang ditargetkan produksinya akan mencapai 2,5 juta unit pada 2020.
“Tentunya dalam pengembangan dan pencapaian sasaran tersebut, membutuhkan koordinasi serta pemahaman visi dan misi antara pemerintah dengan pelaku usaha otomotif,” ungkap dia.
Presiden Direktur CAP Erwin Ciputra menyatakan, selain untuk Toyota Vios dan Yaris, CAP juga berencana untuk memasok model Fortuner dan Kijang Innova serta mobil LCGC Toyota yang lain.
Merek lain yang sudah memakai polypropylene impact copolymer produksi CAP saat ini adalah mobil LCGC Daihatsu serta kendaraan roda dua dan roda empat Honda.
CAP berharap nantinya dapat memasok kebutuhan polypropylene impact copolymer sejumlah 25 ribu ton per tahun untuk 500 ribu unit mobil, dengan pemakaian rata-rata 50 Kg per unit.
Sementara itu, kapasitas pabrik polypropylene CAP saat ini sebanyak 480 ribu ton per tahun dan masih akan ditingkatkan lagi menjadi 580 ribu ton per tahun dalam beberapa tahun ke depan, guna memasok kebutuhan industri plastik di Indonesia.
“Dengan demikian, kebutuhan polypropylene impact copolymer untuk industri otomotif nasional dapat terjamin pemenuhannya oleh CAP. Selain itu, devisa negara yang dapat dihemat dari substitusi impor resin dan komponen mobil ini hingga USD 60 juta per tahun,” papar Erwin.
Sementara itu, Presiden Direktut TMMIN Masahiro Nonami mengatakan, industri otomotif memiliki peran penting dalam mendorong perekonomian suatu negara.
“Di Indonesia, kami terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dengan produk kendaraan yang berkualitas dan harga bersaing, sekaligus makin meningkatkan daya saing kami agar mampu meningkatkan volume ekspor,” tutur dia.
Oleh karena itu, menurut Nonami, langkah strategis yang perlu dilakukan dalam mencapai beberapa target tersebut, antara lain peningkatan produktivitas, efisiensi logistik dan penggunaan material lokal.
“Kami percaya, industri otomotif di Indonesia mampu mengejar pesaing utamanya, Thailand,” tandas Nonami.(Dny/Nrm)