Sukses

Ada N245 dan R80, RI Bakal Kurangi Impor Pesawat Penumpang

Pengembangan dua pesawat yaitu N245 dan R80 untuk mengantisipasi lonjakan penumpang pesawat di dalam dan luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Industri ‎dirgantara lokal akan mengembangkan dua jenis pesawat penumpang. Dua pesawat tersebut diharapkan akan bisa memenuhi kebutuhan industri penerbangan di dalam negeri.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan‎ pesawat yang akan dikembangkan yaitu pesawat N245 oleh PT Dirgantara Indonesia (DI) dan R80 oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI). Pengembangan dua pesawat ini sebagai langkah antisipasi lonjakan penumpang pesawat baik di dalam negeri maupun secara global.

"Karena kita lihat pertumbuhan penumpang sekarang di Indonesia dan dunia sangat tinggi, di atas 15 persen. Pertumbuhan kepemilikan pesawat juga antara 7 persen-8 persen. Sekarang dengan berkembangnya ekonomi sampai ke timur (Asia)," ujar dia di Jakarta, Jumat (10/2/2017).

Putu menjelaskan, dengan kondisi geografis Indonesia ‎yang sebagian besar lautan dan terdiri dari banyak pulau, maka butuh lebih banyak alat transportasi udara. Oleh sebab itu permintaan akan pesawat terbang, khususnya pesawat kecil diprediksi terus meningkat.

"Indonesia juga permasalahannya dipisahkan laut, mesti pakai pesawat, kalau pakai kapal lama. Jaraknya untuk digunakan mesin jet untuk jarak dekat mahal, dan akibatnya umur pesawat jadi pendek. Umur ditentukan dari berapa kali dia take off dan landing. Kalau jarak-jarak deket pakai baling-baling kan bisa hemat," jelas dia.

Jika produksi pesawat penumpang ini telah mampu dipenuhi dari dalam negeri, maka ke depan ‎Indonesia tidak perlu mengimpor pesawat dalam jumlah yang besar. Akan tetapi juga bisa dipasok dari industri di dalam negeri.

‎"Ke depan dengan pertumbuhan penumpang kita jangan belanja dari luar terus. Kita punya pesawat yang bisa kita pakai. Yang kita buat sendiri.‎ Ini harusnya pasar yang kita ngisi. Kemampuannya sudah ada. Investasi sudah banyak di PT DI. Kita harus punya. Tidak harus isi 100 persen, isi 30 persen dari market sudah bagus. Apalagi kalau 50 persen. Kalau 100 persen butuh waktu," tutur dia.