Sukses

Cuaca Ekstrem Bikin Ribuan Nelayan Puasa Melaut

Di wilayah Batang Jawa Tengah ada 10.000 nelayan tidak melaut.

Liputan6.com, Jakarta - Kesatuan Nelayan Trandisional Indonesia (KNTI) meminta pemerintah turun tangan untuk membantu nelayan. Pasalnya, cuaca ekstrem membuat ribuan nelayan batal melaut.

Ketua Bidang Penggalangan dan Partisipasi Publik KNTI Misbachul Munir mengatakan, sejak awal Februari 2017 gelombang tinggi menghantam pesisir utara Jawa sampai Nusa Tenggara Barat (NTB). Akibatnya, banyak nelayan tak bisa mencari ikan.

"Cuaca ini mengakibatkan sekitar 16.745 nelayan yang berada di Lombok Barat dan Lombok Tengah NTB tidak bisa melaut," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (14/2/2017).

Dalam catatannya, di wilayah Batang, Jawa Tengah, ada 10.000 nelayan tidak melaut. Di Jawa Timur dari Paciran Lamongan ada 28.154 nelayan dan Gresik 5.800 nelayan tidak melaut.

"Di Sidoarjo ada 1.700 nelayan, sementara Surabaya 2.800 nelayan. Madura lebih dari 80.000 nelayan dan dari Malang Selatan Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing ada 3.589 nelayan tidak bisa melaut sejak 10 hari lalu," kata dia.

Ketua KNTI Surabaya Ahmad Syukron mengatakan kelompok perempuan paling rentan terkena dampak perubahan iklim ini. Lantaran, mau tak mau mereka harus mencari nafkah saat suaminya tidak melaut.

"KNTI meminta pemerintah menetapkan status bencana nasional untuk memastikan adanya bantuan kepada nelayan tradisional dan masyarakat pesisir, baik laki-laki dan perempuan,"  dia.

Sebelumnya, cuaca yang tak bersahabat ini membuat para nelayan di Sumenep mulai kelimpungan. Selain hanya menganggur, para nelayan juga kesulitan memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Sebab, mata pencaharian mencari ikan adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa dijalaninya.

Minimnya keterampilan yang dimiliki oleh para nelayan membuat kesulitan untuk beralih maupun mencari pekerjaan lain. Akibatnya, mereka terpaksa harus menjual barang-barang berharga yang dimiliki guna bisa bertahan hidup bersama keluarganya.

Ironisnya ketika sampai terlalu lama menganggur, tak jarang di antara mereka harus berutang kepada tetangganya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarganya.

"Akibat cuaca ekstrem yang terjadi membuat para nelayan tidak bisa melaut. Itu pun terjadi sudah hampir sepuluh hari," ucap Abdul Rafik (38), salah seorang nelayan di Kecamatan Ambunten, Sumenep, Minggu, 5 Februari 2017.

"Ya, kalau kondisi seperti ini biasanya para nelayan mulai kebingungan, karena sudah kesulitan mendapatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarga," ia menambahkan.

Menurut dia, kondisi cuaca di perairan tempat mencari ikan yang tak kunjung membaik menambah lengkap penderitaan bagi nelayan yang ada di daerah ini. Sebab, di kala musim seperti ini kehidupan mereka juga semakin terpuruk. (Amd/Gdn)