Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim menjadi salah satu permasalahan serius yang dihadapi, khususnya di pulau-pulau kecil di Indonesia. Untuk mengatasinya, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, seperti adaptasi dan mitigasi.
Asisten Deputi Bidang Lingkungan dan Kebencanaan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kematiriman Sahat M Panggabean menjelaskan, perubahan iklim pada umumnya terjadi di pulau-pulau kecil yang terdapat di wilayah Papua, Sulawesi, Sumatera, dan lain sebagainya.
Untuk mengatasinya, Kementerian Kemaritiman memiliki dua cara, yakni dengan cara adaptasi dan mitigasi.
Advertisement
Terkait kedua cara menyikapi dampak iklim tersebut, Sahat memaparkan, pihaknya lebih fokus terhadap adaptasi, sebab dianggap lebih penting dan besar pengaruhnya.
Untuk perencanaan adaptasi, kata dia, sesuai dengan dokumen Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) yang telah tersedia dan bisa dijadikan referensi untuk bisa diimplementasikan.
Baca Juga
“Terlebih, minggu lalu datang teman-teman dari Papua ke kita terkait Teluk Cendrawasih yang mulai terkena dampak. Selain itu, mereka merasakan juga banyak pulau-pulau di sana yang akan terkena dampak dari perubahan iklim ini. Ini harus jadi perhatian utama,” jelasnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (18/2/2017).
Oleh sebab itu, ucap Sahat, saat ini pihaknya mencoba menghimpun segala informasi yang ada. Mengenai target, Kemenko Kemaritiman masih mencari potensi apa saja yang bisa sinergikan bersama, termasuk dengan organisasi Internasional.
Misalnya, PBB atau ada organisasi lainnya yang sifatnya bilateral yang memiliki perhatian khusus terhadap isu adaptasi perubahan iklim, terutama di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Limbah, Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTL BPPT) Arie Herlambang mengungkapkan, untuk masalah adaptasi itu sendiri biasanya efek terbesar adalah kekurangan air bersih.
Untuk mengatasinya, BPPT dalam beberapa tahun terakhir mengadakan penyediaan air bersih untuk beberapa pulau, seperti Selayar, Raja Ampat, Kalimantan Timur dan sebagainya.
BPPT juga telah menyediakan septic tank di pulau-pulau tersebut, karena di sana air tanah menjadi andalan utama selama musim hujan. Padahal di saat yang bersamaan, septic tank juga mengalir ke situ juga.
"Jadi kita bikinkan septic tank sederhana. Untuk 10 rumah ada satu septic tank, dan itu bisa menurunkan pencemaran sampai 95 persen. Jika kita sebagai Lembaga dan Kementerian terkait bisa saling bekerja sama, maka permasalahan-permasalahan tersebut, khususnya dampak perubahan iklim saya rasa dapat dengan mudah diatasi,” tutupnya. (Gdn/Ndw)