Sukses

KEIN: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2017 Bisa Capai 5 Persen

Data BPS menunjukan, total volume ekspor naik 9,88 persen menjadi 43,22 juta ton dibandingkan Januari 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 banyak yang memperkirakan akan lebih baik diibanding 2016. Selain harga komoditas yang mulai menunjukkan perbaikan, nilai ekspor Indonesia juga diperkirakan akan meningkat.

Pengamat Ekonomi dari Economic Action Indonesia (EconAct) Ronny P Sasmita‎ mengungkapkan, selama Januari 2017 ekspor Indonesia tercatat senilai US$ 13,38 miliar, naik 27,71persen jika dibandingkan Januari 2016. Jika dibandingkan Desember 2016, nilai ekspor Januari 2017 turun tipis 3,21persen

"Dari data yang ada terlihat bahwa penyebab volume dan nilai ekspor Januari 2017 turun dibanding bulan sebelumnya adalah karena faktor siklus, kenaikan harga komoditas, dan perbaikan kapitalisasi perdagangan internasional atau membaiknya permintaan dari negara-negara mitra dagang," jelas Ronny kepada Liputan6.com, Senin (20/2/2017).

Ditambahkan dia, data BPS menunjukan, total volume ekspor naik 9,88 persen menjadi 43,22 juta ton dibandingkan Januari 2016. Volume ekspor nonmigas naik 10,77 persen dibandingkan Januari 2016.

Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2017 nampaknya belum akan terlalu baik, saya perkirakan hanya akan berada di kisaran 4.9-5,0 persen (yoy).

Ekonomi kuartal I-2017 belum bisa di atas 5 persen, dikatakan Ronny, karena sedikit melambatnya konsumsi rumah tangga akibat inflasi. Inflasi diperkirakan menguat akibat kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah.

Sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2016 yang mencapai sebesar 5 persen (yoy), lebih disebabkan kenaikan penghasilan tidak kena pajak (PTKP), kenaikan upah minimum provinsi (UMP), serta pemberian bantuan sosial.

"Namun tahun ini, nampaknya kondisi itu tidak akan terulang lagi, sehingga daya beli masyarakat perlu diperhatikan agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen dalam APBN 2017 tercapai. Apalagi ada tekanan kenaikan tarif listrik daya 900 volt ampere (VA) hingga dua kali lipat karena pencabutan subsidi," kata pria yang juga sebagai Staf Ahli Ekonomi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu.

Namun demikian, menurut dia, alamat baiknya, kenaikan harga minyak dan gas serta komoditas lain cukup memiliki pengaruh positif terhadap kinerja ekspor dan daya beli kelompok masyarakat yang pendapatannya tergantung ke sektor tersebut.

Jadi kenaikan harga energi juga bisa memberikan dorongan untuk membaiknya kondisi investasi. Tapi untuk keseluruhan tahun 2017, saya cukup optimis dan memperkirakan bisa mencapai target APBN sebesar 5,1 persen. (Yas/Gdn)