Sukses

Jokowi: Pasar Ekspor ke Afrika Besar, tapi Belum Tergarap

Presiden Jokowi mencontohkan, pasar di Benua Afrika memiliki potensi sebesar US$ 550 miliar.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk lebih banyak melakukan penetrasi ke pasar tujuan ekspor‎ yang baru. Menurut dia, selama ini banyak negara-negara yang punya potensi besar untuk dijadikan pasar bagi produk Indonesia, tetapi belum digarap secara serius.

Jokowi mengatakan, selama ini produk-produk dalam negeri hanya dikirim ke negara-negara mitra dagang yang sejak lama bekerja sama dengan Indonesia. Padahal, masih banyak negara lain di luar mitra dagang utama yang harus digali potensi pasarnya.

"Kita ini di sini juga monoton terus. Kita tidak bisa melakukan penetrasi, mencoba melawan penetrasi kepada pasar-pasar yang baru. Kita selalu berkutat pada pasar-pasar tradisional kita, pasar-pasar lama kita, Amerika, Jepang, China, Eropa. Kita ngerti pasar-pasar itu gede. Ini juga perlu dikembangkan di pasar-pasar itu," ujar dia di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/2/2017).

Jokowi mencontohkan, pasar di Benua Afrika memiliki potensi sebesar US$ 550 miliar. Namun ekspor produk Indonesia ke kawasan tersebut hanya sekitar US$ 4,2 miliar.

"Potensi pasar Afrika ada US$ 550 miliar. Bill ekspor kita ke sana baru US$ 4,2 miliar dari US$ 550 miliar. Ini potensinya masih gede sekali. Lihat Eurasia, negara-negara ini pernah kita lihat, enggak serius, enggak memberikan perhatian yang serius pada mereka. US$ 251 miliar, nilai ekspor kita US$ 1 miliar saja enggak ada, masih besar sekali," kata dia.

Juga masih ada pasar di kawasan Timur Tengah dan India yang masih bisa digarap oleh Indonesia. Untuk Timur Tengah, misalnya, dari potensi pasar sebesar US$ 975 miliar, ekspor produk Indonesia ke kawasan tersebut hanya US$ 5 miliar.

"Timur Tengah kita sudah, beberapa sudah masuk ke sana, tapi peluangnya jad masih gede sekali. US$ 975 miliar kita baru masuk US$ 5 miliar. Ini peluang-peluang masih banyak sekali, ajak UKM-UKM kita itu berpameran yang sudah memiliki standar kualitas, packaging. Ajak mereka ke sana. India, tidak pernah sama sekali kita serius di pasar ini. US$ 375 miliar, kabar terbaru US$ 10 miliar. Itu pun saya kira yang banyak ini komoditas batu bara dan CPO," ujar dia.

Selain itu, Jokowi juga mengingatkan agar Indonesia jangan meremehkan pasar-pasar di negara berkembang seperti Pakistan, ‎Bangladesh dan Sri Lanka. Ketiga negara ini juga punya potensi besar untuk dijadikan sasaran dari produk-produk Indonesia.

"Pakistan, jangan dianggap sepele pasar-pasar seperti ini, ini gede. Dari US$ 44 miliar, baru masuk US$ 2 miliar. Bangladesh US$ 41 miliar baru masuk US$ 1 miliar. Sri Lanka US$ 19 miliar baru masuk US$ 0,3 miliar. Gede sekali di pasar-pasar kita yang belum pernah kita sentuh sama sekali karena kita bekerja apa rutinitas linier," ‎ucap dia.

Untuk mengembangkan pasar-pasar ini, tutur Jokowi, dirinya meminta Kemendag untuk memaksimalkan peran duta besar dan ‎Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) yang ada di negara-negara lain.

‎"Bagaimana ITPC harus bisa bernegosiasi, bisa bertransaksi kalau aturan yang tidak memperbolehkan gimana supaya bisa. Pasar-pasar baru banyak sekali yang tidak pernah kita urus. Jangan biarkan swasta menerobos sendiri, biayanya terlalu besar, tidak mungkin. Pasti negara dulu yang hadir. Negara masuk, melihat. Nantinya atase perdagangan, fungsi-fungsi dari ITPC kita, fungsi-fungsi dari Dirjen Luar Negeri yang membawahi direktur-direktur yang banyak," ucap dia. (Dny/Gdn)