Liputan6.com, Jakarta Harga emas mencapai posisi tertinggi dalam tiga setengah bulan terimbas melemahnya dolar yang jatuh ke level terendah dalam satu minggu akibat pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS).
Melansir laman Reuters, Sabtu (25/2/2017), harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi US$ 1.256,75 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sejak 11 November pada US$ 1.260,10. Sementara harga emas berjangka AS ditutup naik 0,55 persen ke posisi US$ 1.258,30 per ounce.
Pasar emas menggeliat usai Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa setiap langkah kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump mungkin hanya memiliki dampak terbatas tahun ini, meskipun ia ingin melihat adanya reformasi pajak digulirkan pada Agustus.
Advertisement
Baca Juga
Banyak yang menilai perlu kerja keras terkait rencana pengurangan pajak yang seperti Mnuchin sebutkan telah menjadi prioritas utama, dan
investor bertaruh ini akan mendorong pertumbuhan dan inflasi pada tahun ini.
"Kami punya kekosongan (domestik AS) kebijakan, tarif (Bunga) yang turun, dolar yang melandai dan geopolitik (kegelisahan) di seluruh dunia ... semua hal ini telah mendorong harga emas, " kata analis ICBC Standard Bank Tom Kendall.
Pasar saham global utama memang telah jatuh karena keyakinan investor berkurang jika kebijakan Trump akan menguntungkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini kemudian diikuti melemahnya dolar.
"Denominasi dolar membuat logam safe haven berharga ini meningkat setelah sebelumnya Wall Street berulang kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa dan meskipun dolar mendekati level tertingginya dalam multi-tahun tertinggi," ujar Fawad Razaqzada, Analis Teknis untuk
Forex.com.
Sementara harga perak naik 0,8 persen menjadi US$ 18,30 per ounce. Perak telah memperoleh keuntungan mingguan sekitar 1,8 persen.
Harga Platinum naik 1,8 persen menjadi US$ 1.023,75 per ounce, setelah mencapai posisi tertinggi sejak awal Oktober di US$ 1.028,60 per ounce.
Palladium turun 0,7 persen menjadi US$ 767,25 per ounce.