Sukses

Kedatangan Raja Arab Harus Jadi Momentum Benahi Investasi

Kedatangan Raja Arab Saudi membuktikan Indonesia dalam kondisi aman dan bebas dari gangguan.

Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al- Saud‎ ke Indonesia diyakini akan meningkatkan kepercayaan asing terhadap iklim investasi di Tanah Air. Kedatangan orang nomor 1 di Arab Saudi tersebut membuktikan Indonesia dalam kondisi aman dan bebas dari gangguan.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, target investasi dari Arab Saudi yang diharapkan pemerintah sebesar US$ 25 miliar atau sekitar Rp 332 triliun merupakan angka yang besar. Hal ini tentunya memberikan sinyal kepada para investor asing untuk tidak ragu menanamkan modalnya di Indonesia.

"Dengan investasi sebesar itu, itu akan meyakinkan investor-investor lain bahwa Indonesia ini salah satu negara yang aman dan layak menjadi pusat investasi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Menurut Sarman, sebagai negara yang kaya akan minyak, rencana investasi yang akan dilakukan oleh Arab Saudi bukan suatu yang main-main. ‎Dia meyakini investasi tersebut akan teralisasi.

"Itu akan meningkatkan kepercayaan bagi negara lain untuk tidak ragu masuk ke Indonesia. Apalagi yang datang Raja Arab yang merupakan negara kaya minyak. Dan investasi ini bukan sekedar iming-iming tapi suatu kenyataan dan angkanya sedikit. Investasi sebesar itu sudah luar biasa," kata dia.

Oleh sebab itu, Sarman berharap kedatangan Raja Arab Saudi ini harus dijadikan momentum untuk melakukan pembenahan pada perbaikan pelayanan perizinan di bidang investasi. Karena bukan tidak mungkin ke depannya lebih banyak investasi asing yang ingin masuk ke Indonesia.

"Kunjungan Raja Arab saudi ini dengan membawa anggota keluarga kerajaan, 10 menteri, dan 1.500 orang rombongan menjadi momentum kita bagaimana pemerintah meningkatkan berbagai pelayanan perizinan di bidang investasi, supaya lebih menarik investor lain yang lebih besar. Dan ini dimulai dari Arab Saudi," tandas dia. (Dny/Gdn)