Sukses

Pelepasan Saham Saudi Aramco untuk Stabilkan Ekonomi Arab Saudi

Upaya menstabilkan perekonomian, Arab Saudi mencari cara lain, selain dari penjualan minyak.

Liputan6.com, Jakarta Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud bersama rombongan yang berjumlah 1.500 orang melakukan kunjungan ke Indonesia.

Selain untuk menanamkan investasi, dikabarkan dalam kunjungan ini Arab Saudi akan menawarkan saham perusahaan minyak miliknya, Saudi Aramco.

Direktur Eksekutif RefoMiner Institute Komaidi Notonegoro menuturkan, 50 persen pendapatan Arab Saudi mengandalkan minyak. Penurunan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini, membuat perekonomian negara tersebut terguncang.

"‎Mereka kesulitan fiskal karena harga minyak rendah," kata Komaidi, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Sebab itu, kata dia, untuk menstabilkan perekonomian, Arab Saudi mencari cara lain, selain dari penjualan minyak. Salah satunya ‎dengan menjual saham perusahaan minyak nasionalnya.

"Mereka sendiri bawa kepentingan jual saham Aramco, ‎karena pendapatan mereka dari minyak, mereka lagi cari lain untuk mengatasinya," papar dia.

Komaidi mengungkapkan, rencana pelepasan saham Saudi Aramco sangat menarik, karena sebelumnya Arab Saudi telah menasionalisasi saham Saudi Aramco, yang telah dimiliki pihak asing.

"Kalau pelepasan saham agak menarik, dulu dari perusahaan asing kemudian dinasionalisasi, sekarang dilepas lagi," tutup Komaidi.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofjan Wanandi sebelumnya mengungkapkan, tujuan Raja Salman yang membawa 10 menteri, 25 pangeran, dan para pengusaha Arab Saudi adalah untuk berinvestasi di Indonesia, bukan sekadar menjual saham Saudi Aramco seperti yang ramai diperbincangkan.

"Tidak (jualan saham Aramco), pasti dia (Arab Saudi) investasi di sini," kata Sofjan saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu pagi ini.

Dia mengakui, pemerintah dan pengusaha Arab Saudi mulai melirik negara-negara di Asia, termasuk Indonesia dan Malaysia untuk menanamkan modalnya. Selama puluhan tahun, pengusaha Negeri Minyak itu lebih banyak berinvestasi di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS).

"Ini pertama kalinya buat Indonesia setelah 47 tahun, pengusaha Arab lebih banyak investasi ke Eropa dan AS, baru sekarang ini ke Indonesia dan Malaysia. Jadi mereka mulai melirik ke bagian Timur, bukan Barat lagi," Sofjan menjelaskan.