Sukses

RNI Bangun Rumah Potong Ayam Berkapasitas 2.000 Ekor per Jam

Berdasarkan data BPS, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sebesar 53,91 gram per kapita per tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk mewujudkan sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang industri peternakan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) (Persero) melalui Anak Perusahaannya, PT PG Rajawali II menjalin kerja sama dengan PT Berdikari (Persero) melalui Anak Perusahaannya, PT Berdikari United Livestock (PT BULS). Dalam kerja sama ini, kedua belah pihak setuju untuk mengembangkan peternakan unggas terintegrasi.

Direktur Utama RNI Didik Prasetyo mengatakan, pengembangan peternakan unggas terintegrasi ini merupakan sistem peternakan yang menggunakan teknologi modern dimana kandang akan menggunakan teknologi close house sehingga menjamin produk ayam maupun telur yang dihasilkan memiliki standar yang prima, terbebas dari berbagai macam penyakit serta minim polusi.

"Untuk mendukung lokasi penggemukan ayam atau farm boiler tersebut pada tahapan selanjutnya akan dibangun rumah pemotongan ayam otomatis dengan kapasitas 2.000 ekor per jam," jelas dia seperri dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (2/3/2017). 

Sedangkan untuk mendukung kecukupan protein hewani nasional, salah satu alternatif yang dipilih melalui pengembangan peternakan ayam pedaging dan petelur mengingat kedua komoditi tersebut memiliki harga jual yang terjangkau bagi masyarakat secara luas. Hal ini sebagai bentuk kepedulian RNI dan Berdikari atas konsumsi protein hewani per kapita yang masih sangat rendah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di 2015, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sebesar 53,91 gram per kapita per tahun, sementara standar kecukupan konsumsi protein berada di angka 57 gram.

Didik menambahkan ke depan pengembangan bisnis peternakan tersebut akan terus dilakukan dengan menerapkan pola peternakan terintegrasi dari hulu ke hilir, di dalamnya mencakup pengembangan indukan, ayam bakalan, pakan ternak serta pengembangan riset and development peternakan.

“Tahap pertama sasaran produksi ayam pedaging sebesar 450 ribu ekor per bulan dan telur 12 hingga 14 ton per bulan. Selanjutnya akan dikembangkan sesuai kebutuhan bisnis,” tutur Didik.

Untuk itu diharapkan dengan kerjasama tersebut peningkatan pemenuhan kebutuhan hewani nasional dapat ditingkatkan sekaligus dapat mengangkat perekonomian masyarakat melalui program petani plasma. (Gdn/Ndw)