Sukses

OJK Prediksi Kinerja Bank Syariah Bisa Salip Konvensional

Aset perbankan syariah di Sumatera Barat tumbuh 9,36 persen dari Rp 4,31 triliun menjadi Rp 4,72 triliun.

Liputan6.com, Padang - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan kinerja perbankan syariah di Sumatera Barat (Sumbar) tahun ini bisa melebihi perbankan konvensional. Prediksi ini sejalan dengan kinerja perbankan syariah tahun lalu yang juga telah melebihi bank konvensional.

Kepala OJK Perwakilan Sumatera Barat Indra Yuheri menjelaskan, kinerja sektor syariah 2016 cukup memuaskan dan tidak terpengaruh dengan tekanan ekonomi. "Tahun lalu pencapaiannya cukup tinggi, bahkan jauh di atas kinerja konvensial," kata Indra Yuheri.

Data OJK tahun lalu, aset perbankan syariah tumbuh 9,36 persen dari Rp 4,31 triliun menjadi Rp 4,72 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) menembus angka dua digit dengan pertumbuhan 11,34 persen dari Rp 2,70 triliun menjadi Rp 3,01 triliun.

Perlambatan justru terjadi pada penyaluran pembiayaan yang hanya tumbuh 2,94 persen menjadi Rp 3,81 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,70 triliun. Indra mengatakan, perlambatan kinerja pembiayaan ini disebabkan karena strategi bank yang secara umum menahan laju penyaluran kredit untuk menjaga rasio pembiayaan bermasalah.

Rasio nonperforming financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah tahun lalu mencapai 4,15 persen dengan loan to deposit ratio/LDR sebesar 126,44 persen.

Indra mengatakan, persoalan perbankan syariah saat terletak pada market share atau pangsa pasar yang masih kecil. Secara nasional, perbankan syariah hanya berkontribusi 5 persen dari total aset perbankan. Untuk Sumatera Barat, jumlah ini lebih tinggi dari nasional yakni mencapai 8 persen dari total aset perbankan di daerah.

Kondisi ini diprediksi meningkat jika BPD Sumbar merealisasikan rencana konversi ke konsep syariah. Manajemen PT BPD Sumatra Barat atau Bank Nagari meyakini, kinerja unit usaha syariah (UUS) tahun ini menunjukkan kinerja positif.

Menurut Direktur Kredit dan Syariah Bank Nagari, Hendri, perseroan menargetkan pertumbuhan aset syariah sebesar 10,89 persen atau Rp 1,48 triliun. Tahun lalu, aset syariah sebesar Rp 1,34 triliun."Target kami pertumbuhan bisa di atas 10 persen," katanya.

Terkait pembiayaan, perseroan mematok pertumbuhan hingga 10,21 persen menjadi Rp 1,42 triliun dari pencapaian tahun sebelumnya Rp 1,29 triliun. Pihaknya juga menargetkan penghimpunan DPK ditargetkan mencapai Rp 1,07 triliun atau tumbuh 14,86 persen dari tahun lalu.