Liputan6.com, Jakarta - Kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah akan menghasilkan stainless steel hingga tiga juta ton per tahun pada 2018. Di tahun 2017, kawasan tersebut menargetkan produksi hingga dua juta ton.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika mengunjungi lokasi tersebut menjelaskan, kapasitas produksi bisa meningkat karena beberapa industri pengolahan dan pemurnian (smelter) berbasis nikel di kawasan tersebut telah menyatakan minat perluasan usaha dalam waktu dekat.
“Selain melaporkan mengenai rencana ekspansi stainless steel, mereka juga ingin memproduksi carbon steel. Untuk itu, mereka meminta beberapa fasilitas insentif seperti kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) dan masterlist peralatan industri,” papar Airlangga dalam keterangannya, Minggu (5/3/2017).
Kawasan yang dikelola oleh PT IMIP tersebut juga meminta agar ditetapkan sebagai obyek vital nasional. Diharapkan, status tersebut dapat memberikan jaminan keamanan dan kelancaran bagi investasi dan kegiatan produksi industri, termasuk perlindungan para karyawan.
“Karena investasi mereka cukup besar. Misalnya untuk investasi produksi carbon steel sebanyak 4-5 juta ton per tahun, diprediksi mencapai US$ 4-5 miliar,” ungkapnya.
Merujuk data PT IMIP, proyek baru di kawasan industri Morowali yang dilaksanakan pada tahun 2017-2018, antara lain pabrik stainless steel PT Sulawesi Mining Investment untuk kapasitas produksi stainless steel slab sebesar satu juta ton per tahun dengan nilai investasi mencapai US$ 62 juta. Selanjutnya, PT IMIP akan membangun PLTU dengan kapasitas 2x350 MW senilai US$ 500 juta.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat, kawasan industri Morowali dengan luas 2.000 hektare akan menarik investasi sebesar US$ 6 miliar atau mencapai Rp 80 triliun dengan menyerap tenaga kerja langsung sekitar 26 ribu orang dan tidak langsung sebanyak 80 ribu orang hingga tahun 2019. Target ini akan terealisasi apabila pabrik stainless steel berkapasitas dua juta ton dan beberapa industri hilir lainnya telah beroperasi.
Hingga Desember 2016, kebutuhan tenaga kerja pelaksana di kawasan terintegrasi tersebut mencapai 11.257 orang dan untuk tenaga kerja level supervisor atau enjinir sebanyak 1.577 orang. Sementara itu, diproyeksikan pada tahap kedua periode tahun 2017-2020, penambahan kebutuhan tenaga kerja pelaksana mencapai 10.800 orang dan untuk tenaga kerja level supervisor atau enjinir sebanyak 1.620 orang.
Sebelumnya, Menperin menyatakan, kawasan industri Morowali turut mendorong langkah pemerintah dalam program hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.
“Oleh karena itu, di kawasan ini difokuskan pada pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter dengan bahan dasar nikel,” jelasnya.
Perkembangan pembangunan industri smelter nikel dan fasilitas pendukung lainnya di kawasan industri Morowali, antara lain telah beroperasinya industri smelter feronikel PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 300 ribu ton per tahun sejak Januari 2015.
Pabrik ini didukung oleh satu unit PLTU dengan kapasitas 2x65 MW. Pada tahun 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton per tahun.
Kawasan Industri Morowali Produksi Stainless Steel 3 Juta Ton
Kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah akan menghasilkan stainless steel hingga tiga juta ton per tahun pada 2018.
Advertisement