Sukses

Suku Bunga The Fed Bayangi Harga Emas

Analis memprediksi, harga emas cenderung tertekan dalam jangka pendek.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada Maret 2017 membayangi harga emas pada pekan ini.

Pada pekan lalu, harga emas cenderung tertekan, bahkan catatkan tekanan terbesar dalam empat bulan. Harga emas untuk pengiriman April berada di kisaran US$ 1.226,5 per ounce, atau melemah 2,5 persen pada pekan lalu.

Harga perak juga turun hampir 3 persen menjadi US$ 17.697 per ounce. Tekanan harga logam terjadi lantaran spekulasi kenaikan suku bunga the Fed.

Pernyataan sejumlah pejabat bank sentral AS antara lain presiden the Fed New York dan wakil the Federal Open Market Committee William Dudley menunjukkan harapan kenaikan suku bunga pada Maret. Dalam pidato pimpinan bank sentral AS Janet Yellen di The Executive’s Club of Chicago mengindikasikan kenaikan suku bunga.

"Memang pada pertemuan kami akhir bulan ini, the committee (FOMC) akan mengevaluasi apakah pekerjaan dan inflasi terus berkembang sesuai dengan harapan kami," ujar dia.

Saat ini potensi kenaikan suku bunga mencapai 82 persen. Potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut bukan pertanda baik untuk emas.

Analis Commerzbank Eugen Weinberg menuturkan, meski ada potensi kenaikan suku bunga tetapi tetap optimistis terhadap harga emas. Namun, dia mengakui tidak mengabaikan tren jangka pendek ini.

"Harga emas cenderung lemah jelang kenaikan suku bunga the Fed tetapi hanya jangka pendek. Saya bisa melihat harga emas bisa di bawah US$ 1.200 dalam waktu dekat," ujar dia.

Analis DailyFX Christopher Vecchio menuturkan, harga emas cenderung volatile dalam waktu dekat. Namun, harga emas dapat menguat dalam jangka panjang. "Setelah pertemuan bank sentral AS pada 15 Maret, saya pikir kami bisa melihat reli harga emas lagi," kata dia.

Selain spekulasi kenaikan suku bunga the Federal Reserve pada Maret, sejumlah analis menuturkan, data ekonomi pada pekan ini juga pengaruhi pasar antara lain data tenaga kerja non pertanian pada Februari.

Video Terkini