Sukses

RI Masih Bergantung Impor Produk Industri Petrokimia

Saat ini 50 persen produk hasil industri seperti etilen masih diimpor dari negara lain.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diminta serius mengembangkan industri petrokimia di dalam negeri. Lantaran selama ini 50 persen produk hasil industri ini seperti etilen masih diimpor dari negara lain.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (INAplas) ‎Suhat Miharso mengatakan, saat ini kebutuhan etilen di dalam negeri mencapai 1,6 juta ton per tahun. Sedangkan produksi di dalam negeri baru sekitar 800 ribu ton per tahun.

‎"Patokannya itu etilen sekarang Kebutuhan kita 1,6 juta ton per tahun. Yang di produksi Candra Asri baru 860 ribu ton, kira-kira baru 50 persen. Sisanya impor dari Korea, Jepang, Singapura, Malaysia," ujar dia di Hotel Intercontinental Midplaza, Jakarta, Selasa (7/3/2017).

Namun dengan pembangunan kilang di Tuban dan Bontang yang terintegrasi dengan industri petrokimia, serta ekspansi dari PT Chandra Asri Petrochemical diharapkan bisa memberikan tambahan produksi 3 juta ton pada 2025.

"Dengan Tuban dibangun dan Bontang dibangun, kemudian Candra Asri dibangun, kira-kira bisa lebih dari 3 juta ton, bisa memenuhi kebutuhan 2025. Di 2021 kira-kira 2 jutaan ton ya, sekarang baru 860 ribu ton.‎ Nanti Chandra Asri akan selesai 2022 sudah bisa (produksi) 1,9 juta ton," kata dia.

Meski demikian, lanjut ‎Suhat, pengembangan industri ini harus terus dilakukan. Sebab, kebutuhan akan produk hasil industri petrokimia akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan bahan baku untuk industri plastik, tekstil dan sebagainya.

‎"Yang sudah in line Chandra Asri 1 juta ton, Lotte 1 juta ton, Pertamina di Tuban 1 juta ton. Ada tambahan 3 juta lagi sampai 2025. Tapi kalau 3 juta yah mungkin sampai 2-3 tahun masih oke. Tapi setelah 2050 sudah minus lagi," ujar dia

Video Terkini