Sukses

Beri Subsidi Tepat Sasaran, Pemerintah Incar Penghematan Rp 22 T

Penyaluran subsidi listrik tepat sasaran dengan cabut subsidi golongan 900 VA dapat jangkau 7 juta rumah tangga yang belum dapat listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Penyaluran subsidi listrik tepat sasaran dengan mencabut subsidi untuk golongan 900 Volt Amper (VA) yang masuk dalam kategori Rumah Tangga Mampu (RTM). Langkah ini mendukung usaha pemerintah memperluas penyebaran akses listrik, untuk 7 juta rumah tangga yang belum pernah menikmati manfaat listrik.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) atau kementerian ESDM Jarman menuturkan, penerapan kebijakan tersebut dapat menghemat anggaran, yang dapat digunakan untuk mendukung perluasan jangkauan kelistrikan ke 7 juta rumah tangga yang belum dapat listrik.

"Dengan adanya pembenahan sasaran subsidi, pemerintah berharap dapat menghemat sekitar rRp 22 triliun dalam setahun. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur listrik, khususnya di daerah yang belum mendapatkan layanan listrik PLN," kata Jarman, di Jakarta, Kamis (9/3/2017).

Pada akhir tahun 2016, meski Rasio Elektrifikasi nasional telah mencapai 91,16 persen atau sebesar 59.656 megawatt (MW), masih ada 2.519 desa yang belum terjangkau layanan infrastruktur listrik.

Untuk itu dibutuhkan terobosan agar masyarakat di desa-desa tersebut dapat segera menikmati listrik, antara lain dengan pendistribusian paket Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Jadi per rumah akan mendapat empat paket.

Sedangkan, hingga akhir tahun 2019, Pemerintah menargetkan pembangunan infrastruktur listrik di Papua dan Papua Barat sebesar 514 MW, dan pemberian penyambungan listrik secara gratis kepada 186 ribu rumah tangga melalui Program Listrik Pedesaan (Lisdes).

Kepala Satuan Komunikasi Korporat I Made Suprateka menjelaskan, kebijakan subsidi listrik tepat sasaran bagi rumah tangga daya 900 VA merupakan hasil keputusan bersama yang harus didukung dengan data akurat.

Jumlah penerima subsidi listrik yang terdaftar di PLN sebagai pelanggan daya 900 VA saat ini adalah sebanyak 23,1 juta rumah tangga. Sementara berdasarkan data terpadu program penanganan fakir miskin, rumah tangga yang seharusnya berhak mendapatkan subsidi listrik daya 900 VA hanya 4,1 juta rumah tangga miskin dan tidak mampu.

"Untuk memenuhi permintaan akan dukungan data yang akurat, Pemerintah mengacu pada Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin yang ditetapkan oleh Menteri Sosial melalui Keputusan Menteri Sosial No. 32/HUK/2016," tutur Suprateka.

Penerapan kebijakan subsidi listrik tepat sasaran diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 28 Tahun 2016 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PT PLN (Persero). Tarif pelanggan untuk rumah tangga daya 900 VA terbagi menjadi dua jenis, yaitu tarif pelanggan rumah tangga tidak mampu (bersubsidi) dan tarif pelanggan rumah tangga mampu (non subsidi).

Tarif pelanggan rumah tangga mampu daya 900 VA yang selama ini menikmati subsidi, disesuaikan secara bertahap setiap dua bulan sebanyak tiga kali.yaitu Januari, Maret dan Mei 2017 menuju tarif keekonomian. Selanjutnya pada bulan Juli 2017 diterapkan tariff adjustment seperti halnya tarif pelanggan non subsidi lainnya. Selain rumah tangga miskin dan tidak mampu, tarif listrik untuk UMKM, industri kecil, rumah ibadah, sekolah, dan puskesmas masih disubsidi.

Peraturan Menteri ESDM No. 29 Tahun 2016 mengatur mekanisme pengaduan bagi masyarakat yang seharusnya disubsidi namun tidak terdapat dalam Data Terpadu TNP2K, masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui kantor Desa atau Kelurahan setempat. Pengaduan ini akan diteruskan ke Posko Penanganan Pengaduan Pusat melalui websitesubsidi.djk.esdm.go.id.

Pemerintah mengambil kebijakan ini mengingat anggaran subsidi listrik yang dikeluarkan dari tahun ke tahun relatif besar. Pada 2012 hingga 2014, Pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi listrik sekitar Rp 100 triliun per tahun.

Untuk menekan anggaran tersebut, pemerintah menerapkan kebijakan tarif nonsubsidi pada 12 golongan tarif yang tergolong mampu pada 2015. Kebijakan tersebut berhasil mengurangi anggaran subsidi listrik secara signifikan menjadi sebesar Rp 56,5 triliun.