Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Data tenaga kerja AS menjadi pendorong penguatan dolar AS sehingga menekan rupiah.
Mengutip Bloomberg, Kamis (9/3/2017), rupiah dibuka di angka 13.373 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.350 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.361 per dolar AS hingga 13.385 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 0,68 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) mematok rupiah di angka 13.373 per dolar AS, melemah cukup tajam jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.340 per dolar AS.
Baca Juga
Dolar AS memang menguat terhadap beberapa mata uang di Asia pada hari ini setelah data pekerjaan AS sangat memuaskan.
Kenaikan penciptaan lapangan kerja baru di sektor swasta pada Februari mendorong harapan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga pada pekan depan.
ADP melaporkan data tenaga kerja AS di sektor swasta bertambah 298 ribu pada Februari 2017. Angka ini terbesar sejak April 2014.
Ekonom RBC Capital Markets Tom Porcelli menjelaskan, laporan ini sudah menjadi sinyal kuat akan kenaikan suku bunga the Fed. Jika pada Jumat nanti laporan ketanag kerja yang lain juga tumbuh positif maka tak ada yang bisa mencegah Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga.
"Hampir tidak ada yang bisa menghentian mereka," jelas dia dikutip dari Reuters. "Ini peristiwa yang cukup menarik sehingga bisa terus mendorong penguatan dolar AS," tambah dia.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, mayoritas kurs di Asia melemah terhadap dolar AS di perdagangan Rabu tetapi rupiah masih stabil "Rupiah yang konsisten stabil bisa mulai tertekan karena penguatan dolar AS cukup kuat," jelas dia. (Gdn/Ndw)