Liputan6.com, New York - Sekitar 1,2 miliar barel minyak ditemukan di Alaska. Ini merupakan penemuan terbesar minyak Amerika Serikat (AS) dalam tiga dekade.
Penemuan minyak ini seperti membawa angin segar lantaran produksi minyak dari Alaska turun dan harga minyak yang merosot. Penemuan baru ini terletak di utara Alaska. Ada pun penemuan itu sampaikan perusahaan minyak raksasa Spanyol Repsol, dan mitranya asal AS Armstrong Energy.
Dengan penemuan itu, produksi minyak diharapkan dapat dimulai pada 2021. Produksi minyak ditargetkan mencapai 120 ribu barel per hari.
Advertisement
Baca Juga
Sumber minyak terletak di sebuah sumur itu disebut Horseshoe, yang 75 persen kepemilikannya dimiliki oleh Armstrong yang berbasis di Denver, dan sisanya oleh Repsol.
"Hal yang menarik tentang penemuan ini adalah di bagian utara yang sebelumnya ini dianggap sudah paling ujung atau terakhir. Ini benar-benar penemuan yang signifikan," ujar Juru Bicara Repsol Kristian Rix, seperti dikutip dari laman CNN Money, seperti ditulis Minggu (12/3/2017).
Dengan ada kabar penemuan sumber minyak ini tidak akan meredakan kekhawatiran investor terhadap pasokan minyak AS yang meningkat.
Repsol telah aktif mengeksplorasi di Alaska sejak 2008, dan memiliki tambahan di teluk Meksiko. Penemuan minyak ini memberikan sentimen positif untuk Repsol. Saham Repsol naik hampir 3 persen pada Jumat 10 Maret 2017. Selain itu, Alaska juga mendapatkan keuntungan lantaran industri sempat menghentikan perekrutan pegawai di industri minyak. Hal itu mengingat harga minyak merosot bebani sektor energi.