Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) lakukan kampanye Bahan Bakar Gas (BBG) ‎untuk mendorong masyarakat menggunakan energi bersih tersebut.
Cara kampanye yang diakukan perusahaan cukup unik, yaitu dengan melepas 25 kendaraan berbahan bakar gas alam terkompresi (Compressed Natural Gas /CNG) untuk konvoi di jalan protokol Jakarta.
Konvoi yang dimulai dari IRTI Monas menyusuri Jalan Thamrin-Gatot Subroto–MT Haryono dan berakhir di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Cililitan, berupa bagian dari acara rutin tahunan Asia Pasifik Natural Gas Vehicle Association (ANGVA) 2017 pada 12-15 Maret 2017 oleh Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia (APCNGI).
Advertisement
"Untuk memberikan pilihan kepada masyarakat, BBG bisa menjadi alternatif. ‎Juga untuk mensosialisasikan keunggulan BBG-CNG kepada masyarakat," kata Vice President Corporate Commu‎nication Pertamina, Wianda, Pusponegoro, di Jakarta, Senin (13/3/2017).
Baca Juga
Wianda menuturkan, Pertamina berkomitmen kuat melaksanakan penugasan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Ini bagian program konversi BBM ke BBG yakni pembangunan infrastruktur BBG.
Pertamina telah mengoperasikan 34 unit SPBG. Pertamina pun sedang menambah SPBG yang masih dalam tahap pembangunan. Dengan investasi Pertamina dan penugasan baru dari Pemerintah, total SPBG yang dikelola Pertamina akan mencapai 53 unit pada 2017.
Pertamina juga telah mengoperasikan 7 unit SPBG bergerak atau Mobile Refueling Unit (MRU) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Palembang, Semarang dan Balikpapan. ‎Penempatan MRU di tujuh titik lokasi strategis, yang terintegrasi dengan jalur-jalur angkutan umum dan tidak terjangkau oleh infrastruktur gas.
Adapun masing-masing unit MRU memiliki ukuran 20 ft dengan kapasitas storage sekitar 1.800 lsp (liter setara premium). Setiap MRU terdiri dari satu unit storage dan satu kompresor untuk pengisian BBG CNG ke kendaraan konsumen.
Untuk diketahui, CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder. CNG secara ekonomis lebih murah dalam produksi dan penyimpanan.
Akan tetapi CNG membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar untuk sejumlah massa gas alam yang sama serta perlu tekanan yang sangat tinggi. Pemasaran CNG lebih ekonomis untuk lokasi-lokasi dekat dengan sumber gas alam.