Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan laba bersih Rp 20,6 triliun sepanjang 2016. Laba tersebut meningkat 14,4 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat Rp 18,0 triliun.
"Kinerja BCA pada 2016 dicapai melalui berbagai inisiatif dalam memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta upaya berkelanjutan dalam mengoptimalkan efisiensi operasional," kata Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiaatmadja dalam Analyst Meeting, Jakarta, Senin (13/3/2017).
Laba tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan operasional perseroan yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 12,3 persen menjadi Rp 53,8 triliun 2016.
Advertisement
BCA membukukan pertumbuhan kredit sebesar 7,3 persen atau tercatat Rp 416 triliun yang ditopang segmen kredit korporasi dan konsumer. Kredit korporasi tumbuh 9,6 persen menjadi Rp 154,9 triliun. Sementara kredit konsumer naik 9,0 persen menjadi Rp 109,6 triliun.
Baca Juga
Produk konsumer itu antara lain kredit pemilikan rumah (KPR) dan pembiayaan kendaraan bermotor roda empat. KPR tumbuh 7,6 persen menjadi Rp 64,0 triliun. Kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 10,1 persen menjadi Rp 34,8 triliun. Outstanding kartu kredit meningkat 13,7 persen menjadi Rp 10,8 triliun. Kemudian, kredit komersial dan UKM tumbuh 3,8 persen menjadi Rp 151,9 triliun.
Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bruto Bank BCA tercatat 1,3 persen tahun 2016. Angka ini naik dari tahun sebelumnya 0,7 persen. Tahun 2016, BCA membentuk beban cadangan kredit bermasalah sebesar Rp 4,5 triliun sehingga posisi cadangan kredit tercatat sebesar Rp 12,5 triliun atau naik 38,5 persen dibanding 2015.
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BCA tercatat 21,9 persen dan rasio kredit terhadap pendanaan atau loan to funding rasio (LFR) sebesar 77,1 persen.
Untuk dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp 530,1 triliun atau naik 11,9 persen dari tahun sebelumnya Rp 473,7 triliun. Dana murah yang berupa produk giro dan tabungan atau current account and savings accounts (CASA) merupakan porsi terbesar DPK yakni 77 persen, sementara dana deposito 23 persen.
"Pada tahun 2017 prospek perekonomian Indonesia diperkirakan akan lebih baik ditopang oleh kebijakan ekonomi pemerintah yang prudent, dampak kelanjutan program tax amnesty, dan pembangunan infrastruktur yang terus berjalan," tandas dia.