Liputan6.com, New York - Harga emas naik meski bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps). Namun, the Federal Reserve tetap mempertahankan prospek kenaikan suku bunga secara bertahap.
Dalam pernyataan the Federal Reserve menunjukkan kalau aktivitas ekonomi tumbuh secara moderat. Ini tidak berubah sejak pertemuan pada Januari.
Jelang laporan hasil pertemuan the Federal Reserve, harga emas bergerak di teritori positif di kisaran US$ 1.200 per ounce. Kemudian pasar bereaksi terhadap pengumuman the Federal Reserve, dan harga emas untuk pengiriman April diperdagangkan naik 0,63 persen menjadi US$ 1.210,20 per ounce.
Baca Juga
The Federal Reserve menyatakan kalau kenaikan suku bunga menjadi 0,75 persen-1 persen dari sebelumnya 0,50 persen-0,75 persen. Bagaimana pun juga analis menekankan kalau pasar melihat hasil pertemuan sebelumnya, dan fokus melihat tren kenaikan suku bunga.
Mengutip laman Kitco, Kamis (16/3/2017), emas masih menarik bagi sejumlah investor seiring bank sentral AS tetap mempertahankan prediksi kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali pada 2017. Hal ini tidak berubah sejak pertemuan Desember.
The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga menjadi 2,1 persen pada 2018. Kemudian 3 persen pada 2019, dari perkiraan 2,9 persen.
Selain itu, bank sentral AS ini juga menargetken produk domestik bruto (PDB) 2,1 persen pada 2017. Terus berlanjut hingga 2018. Sedangkan pertumbuhan ekonomi pada 2019 di kisaran 1,9 persen.
Tingkat pengangguran pun diperkirakan menjadi 4,5 persen pada tahun ini, hingga 2019. Selain itu, prediksi inflasi AS juga tak berubah. Diharapkan inflasi naik menjadi 1,9 persen pada tahun ini, 2 persen pada 2018, dan berlanjut hingga 2019.
Advertisement