Sukses

50 Tahun Operasi di Papua, Berapa Mineral yang Dikeruk Freeport?

Cadangan mineral Freeport Indonesia naik signifikan sejak 1988.

Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia mulai beroperasi di Indonesia sejak 1967‎. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu sudah 50 tahun mengeruk bijih tembaga di Papua.

Senior Vice President Geo Enginering PT Freeport Indonesia Wahyu Sunyoto mengatakan, hingga kini, perusahaan tambang asal AS tersebut telah mengeruk 1,7 miliar ton bijih tembaga dari bumi Papua.

‎"Sampai hari ini cadangan PT Freeport sudah ditambang 1,7 miliar ton,‎" kata Wahyu, dalam forum diskusi bagaimana nasib KK Freeport, di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (20/3/2017).

Wahyu melanjutkan,‎  ada cadangan baru yang ditemukan di blok tambang Kucing Liar, maka cadangan bijih tembaga yang masih bisa diproduksi mencapai 2,3 miliar. Cadangan tersebut akan menjadi sumber daya alam bagi perusahaan berikutnya yang ditunjuk mengelola tambang tersebut, pasca masa operasi Freeport habis yang tecatat di Kontrak Karya sampai 2041.

"Secara perhitungan sumber daya alamnya yang tersisa 2,3 miliar, itulah yang akan kami tinggalkan sekiranya sampai 2041 siapa pun yang mengoperasikan KK dikemudian hari," tutur Wahyu.

Wahyu menuturkan, keberlanjutan penemuan cadangan baru ‎tersebut disebabkan oleh kegiatan eksplorasi yang masif dilakukan Freeport. Hal itu karena perusahaan tersebut memiliki visi jangka panjang.

‎"Mulai 1988 cadangan Freport naik secara signifikan, ini ditunjukkan kegiatan eksplorasi‎  ‎yang didukung manajemen mempunyai visi jangka panjang," ujar dia.

Wahyu melanjutkan, bijih tembaga mentah (ore) yang dikeluarkan Freeport, masuk proses pengolahan (mill) dengan kapasitas 300 ribu ton. Namun, saat ini kemampuan mill mengolah ore menurun menjadi 240 ribu ton.

"Untuk rencana ke depan penambangan kapasitas mill PT Freeport dengan izin 300 ribu. PT Freeport pernah mencapai 300 ribu ton ore per hari dikirim ke mill , tapi kapasitas optimum sekarang hanya 240‎ ribu ton," tutur Wahyu.