Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk, beberapa tahun lalu sudah mengenalkan On Board Unit (OBU) atau lebih dikenal dengan e-Toll Pass.
E-Toll Pass ini merupakan teknologi yang digunakan untuk pembayaran tol yang menggunakan sistem sensor. Jika pengguna e-Toll Pass melalui gerbang tol, maka tidak perlu bertransaksi fisik, sehingga pengendara bisa terus melaju tanpa berhenti di gerbang tol.
Hanya saja, penetrasi On Board Unit ini sampai sekarang masih kurang. Terbukti masih sedikit gerbang tol yang mampu melayani pengguna e-Toll Pass.
Advertisement
Baca Juga
"Salah satu penyebab penetrasi On Board Unit ini kurang karena kita harus beli alatnya, harganya juga lumayan," kata Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna kepada Liputan6.com, Selasa (21/3/2017).
E-Toll Pass ini dikenalkan operator jalan tol pada 2015. Dalam penyelenggaraannya, Jasa Marga menggandeng PT Bank Mandiri Tbk. Alat yang digunakan untuk memancarkan sensor ini dijual oleh Bank Mandiri seharga Rp 600 ribu saat itu.
Mahalnya alat itu menjadikan para pengguna tol lebih memilih melalui Gerbang Toll Otomatis (GTO) yang biasa yang hanya menggunakan e-money. Untuk itu, BPJT saat ini lebih memilih konsen menggalakkan penggunaan e-money.
"Sebenarnya On Board Unit ini kan juga menggunakan e-money, jadi ini bisa jadi pilihan saja bagi para pengguna jalan tol. Cuma terkadang harganya yang mahal itu menjadikan orang berfikir ulang," terang dia.
Namun begitu, menurut Herry, jika nantinya seluruh gerbang toll tidak lagi melayani pembayaran cash, pengguna e-Toll Pass dimungkinkan bisa meningkat. Sehingga, Jasa Marga bisa menambah jumlah gerbang tol yang bisa melayani On Board Unit. (Yas/Gdn)