Sukses

Didominasi AS, Ini 5 Bank Investasi Terbesar di Dunia

Perusahaan Analisis Coalition Ltd yang menempatkan JP Morgan berada di posisi teratas dengan mengacu pada kenaikan pendapatan.

Liputan6.com, Jakarta - JP Morgan mempertahankan posisi teratas sebagai bank investasi terbesar di dunia pada 2016. Lima posisi teratas kini dipegang perbankan asal Amerika Serikat (AS), yang mencerminkan dominasi negara ini dari negara di kawasan Eropa pada sektor perbankan.

Melansir laman CNBC, Kamis (22/3/2017), adalah Perusahaan Analisis Coalition Ltd yang menempatkan JP Morgan berada di posisi teratas dengan mengacu pada pendapatan.

"Beberapa bank Eropa memiliki kinerja yang kurang signifikan tahun lalu," kata Amrit Shahani, Direktur Riset Coalition.

Pendapatan JP Morgan yang berasal dari perdagangan, merger dan akuisisi serta kegiatan investasi lainnya naik sebesar 11 persen menjadi US$ 25,2 miliar pada 2016 dibandingkan 2015 yang sebesar US$ 22,7 miliar.

JP Morgan mempertahankan mahkotanya dikontribusi dari pendapatan tetap, mata uang dan perdagangan komoditas. Posisinya juga diperkuat dominasi suku bunga dan perdagangan valuta asing.

Sementara posisi kedua ditempati Citi, yang naik di peringkat dari sebelumnya di posisi ketiga. Ini setelah kinerja perusahaan naik melebihi 12 bank yang disurvei yang turun rata-rata 3 persen.



Sementara Morgan Stanley menempati posisi kelima dengan mengkonsolidasikan posisi kepemimpinannya di ekuitas. Pada 2015 Morgan Stanley berada di posisi ini bersama perusahaan investasi asal Jerman Deutsche Bank.

Perbankan AS kini mengambil sekitar bagian dua-pertiga dari pendapatan sektor perbankan investasi global. Kesenjangan terus melebar secara konsisten sejak 2011 ketika terjadi perpecahan antara AS-Eropa dengan komposisi 50-50.

Menurut Shahani, perbankan Eropa harus meningkatkan kinerjanya. "Kami mengharapkan mereka untuk mempertahankan dan membangun pangsa pasar mereka tahun ini," jelas dia.

Memang, perbankan besar dunia memiliki awal yang sulit pada tahun lalu karena dibayangi kekhawatiran atas Cina dan jatuhnya harga komoditas yang mengancam kondisi pasar dunia.